#si kecil
Explore tagged Tumblr posts
liburanterus · 23 days ago
Text
Tips Liburan Nyaman Bersama Balita
Halo Sobat Liburan, ingin liburan tapi punya balita? Tenang, kamu tetap bisa menikmati liburan yang nyaman dan aman meski membawa si kecil. Kalo versi liburanterus, ini dia tips liburan nyaman bersama balita anti ribet! 1. Riset Objek Wisata Terlebih Dahulu Pilih destinasi wisata yang memiliki wahana atau tempat bermain yang sesuai dengan usia anak dan tetap aman. Pastikan juga destinasi tersebut…
0 notes
sibotak-win · 1 month ago
Text
Tumblr media
1 note · View note
jasaprovideroutboundbatu · 2 months ago
Text
Outbound untuk Anak Batu Malang: Aktivitas Seru untuk Si Kecil, Hub 0819-4343-1484
Tumblr media
Hub 0819-4343-1484, berikan pengalaman yang tak terlupakan bagi si kecil melalui Outbound untuk Anak Batu Malang. Kota ini tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata keluarga, tetapi juga sebagai tempat terbaik untuk kegiatan outbound yang menyenangkan dan edukatif bagi anak-anak.
Dalam lingkungan yang alami dan aman, berbagai aktivitas outbound dirancang untuk mendukung tumbuh kembang anak secara holistik. Mulai dari permainan kelompok yang seru hingga tantangan yang membangun kepercayaan diri, outbound Batu Malang adalah pilihan sempurna untuk mengisi waktu liburan anak-anak dengan manfaat nyata.
Mengapa Outbound untuk Anak Penting?
Masa kanak-kanak adalah fase penting dalam membentuk karakter dan keterampilan sosial. Melalui Outbound untuk Anak Batu Malang, anak-anak tidak hanya bersenang-senang, tetapi juga mendapatkan manfaat berikut:
Mengembangkan Keterampilan Sosial Bermain dalam tim mengajarkan anak-anak cara berkomunikasi, bekerja sama, dan membangun empati terhadap orang lain.
Meningkatkan Kepercayaan Diri Aktivitas yang melibatkan tantangan, seperti memanjat tali atau melewati rintangan, membantu anak-anak untuk percaya pada kemampuan mereka sendiri.
Mengasah Kreativitas dan Problem-Solving Permainan yang memerlukan strategi mengajarkan anak-anak untuk berpikir kreatif dan menemukan solusi atas masalah yang dihadapi.
Mendekatkan Anak dengan Alam Dalam era digital ini, membawa anak-anak ke alam terbuka membantu mereka lebih menghargai lingkungan sekaligus meredakan stres.
Aktivitas Seru dalam Outbound untuk Anak Batu Malang
Kegiatan outbound untuk anak-anak dirancang untuk menghibur sekaligus mendidik. Berikut adalah beberapa aktivitas yang ditawarkan:
1. Permainan Kelompok yang Menghibur
Permainan seperti balap karung, tarik tambang, dan lomba estafet dirancang untuk melatih kerja sama sekaligus memberikan tawa ceria kepada anak-anak.
2. Outbound Edukasi
Sebagai bagian dari program Outbound Edukasi, anak-anak diajak untuk mempelajari hal-hal baru melalui aktivitas kreatif seperti mengenal tumbuhan, membuat kerajinan tangan, atau petualangan mini di hutan.
3. Flying Fox untuk Si Kecil
Dengan peralatan yang aman dan pendamping profesional, anak-anak dapat merasakan sensasi meluncur di udara. Aktivitas ini sangat baik untuk melatih keberanian mereka.
4. Permainan Air yang Menyegarkan
Aktivitas di sungai atau kolam dangkal, seperti menangkap ikan kecil, memberikan pengalaman yang tak terlupakan sekaligus melatih motorik halus anak-anak.
5. Outbound Petualangan
Dalam program Outbound Petualangan, anak-anak diajak menjelajah alam sambil mempelajari keterampilan dasar bertahan hidup, seperti membaca jejak atau membangun tenda sederhana.
Lokasi Terbaik untuk Outbound Anak di Batu Malang
Outbound untuk Anak Batu Malang dapat dinikmati di berbagai lokasi menarik. Berikut adalah beberapa rekomendasi tempat yang populer:
1. Coban Rais
Dikenal dengan keindahan alamnya, Coban Rais menawarkan area outbound yang aman dan mendidik untuk anak-anak.
Keunggulan:
Lingkungan alami dengan udara segar.
Fasilitas lengkap termasuk area bermain yang luas.
2. Taman Rekreasi Selecta
Sebagai ikon wisata Batu Malang, Selecta menyediakan berbagai wahana dan area outbound yang cocok untuk anak-anak.
Keunggulan:
Kolam renang khusus anak.
Kebun bunga yang indah untuk aktivitas edukasi.
3. Jawa Timur Park 1
Tempat ini menggabungkan wisata edukasi dan rekreasi. Anak-anak dapat belajar sambil bermain di berbagai wahana interaktif.
Keunggulan:
Wahana edukasi yang menarik.
Area outbound modern yang aman.
4. Kusuma Agrowisata
Kombinasi antara outbound dan wisata petik buah menjadikan Kusuma Agrowisata pilihan unik untuk kegiatan keluarga.
Keunggulan:
Aktivitas outbound yang menyenangkan.
Pengalaman edukasi di kebun buah.
Keunggulan Paket Outbound Keluarga untuk Anak
Memilih program outbound yang menyertakan anak-anak memerlukan perencanaan matang. Berikut adalah alasan mengapa Paket Outbound Keluarga di Batu Malang sangat direkomendasikan:
Fasilitas yang Ramah Anak Semua lokasi outbound dilengkapi dengan fasilitas yang aman dan nyaman bagi anak-anak, termasuk area bermain yang sesuai usia.
Instruktur Berpengalaman Para fasilitator yang mendampingi kegiatan telah terlatih untuk menangani anak-anak, sehingga orang tua tidak perlu khawatir.
Program Fleksibel Paket ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan keluarga, baik dari segi durasi maupun jenis aktivitas yang diinginkan.
Nilai Edukasi yang Tinggi Selain bermain, anak-anak juga diajak untuk belajar tentang alam dan keterampilan hidup.
Tumblr media
Harga Paket Outbound untuk Anak
Biaya outbound untuk anak-anak di Batu Malang tergantung pada jenis aktivitas, jumlah peserta, dan durasi program. Namun, program ini dirancang agar tetap terjangkau tanpa mengorbankan kualitas.
Untuk informasi lebih lengkap tentang harga dan penawaran khusus, hubungi 0819-4343-1484.
Tips Memilih Outbound untuk Anak
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memilih program outbound untuk anak:
Keselamatan Prioritas Utama Pastikan lokasi outbound dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan yang memadai dan didampingi oleh instruktur profesional.
Kesesuaian Aktivitas dengan Usia Anak Pilih program yang sesuai dengan usia anak untuk memastikan mereka dapat menikmati setiap aktivitas dengan nyaman.
Fasilitas Pendukung Perhatikan ketersediaan fasilitas seperti toilet, ruang istirahat, dan tempat makan yang ramah anak.
Reputasi Vendor Outbound Bekerjasama dengan vendor terpercaya memastikan bahwa kegiatan berjalan lancar dan sesuai harapan.
Kesimpulan
Outbound untuk Anak Batu Malang adalah pilihan ideal untuk memberikan pengalaman seru, edukatif, dan bermanfaat bagi si kecil. Dengan berbagai aktivitas yang menarik dan lokasi yang mendukung, Batu Malang adalah destinasi terbaik untuk kegiatan outbound keluarga.
Berikan anak Anda kesempatan untuk belajar sambil bermain dalam suasana yang aman dan menyenangkan. Jangan ragu untuk hubungi 0819-4343-1484 dan temukan program outbound terbaik untuk si kecil!
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa itu Outbound untuk Anak Batu Malang?
Outbound ini adalah program kegiatan outdoor yang dirancang untuk anak-anak dengan tujuan menghibur sekaligus mendidik.
2. Apakah program ini cocok untuk anak-anak di segala usia?
Ya, aktivitas outbound disesuaikan dengan usia anak, mulai dari balita hingga remaja.
3. Apakah outbound ini aman untuk anak-anak?
Tentu saja. Semua aktivitas didampingi oleh instruktur profesional dan dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan.
4. Apa saja aktivitas yang ditawarkan?
Program ini mencakup Outbound Edukasi, Outbound Petualangan, permainan kelompok, flying fox, dan masih banyak lagi.
5. Apakah ada fasilitas khusus untuk orang tua yang mendampingi?
Beberapa lokasi menyediakan area istirahat dan kafe untuk orang tua yang ingin menemani anak-anak selama kegiatan berlangsung.
6. Berapa biaya untuk mengikuti program ini?
Biaya bervariasi tergantung pada durasi, jumlah peserta, dan jenis aktivitas. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi 0819-4343-1484.
7. Bagaimana cara memesan program outbound untuk anak?
Cukup hubungi 0819-4343-1484, dan tim kami akan membantu Anda merencanakan kegiatan outbound yang sesuai dengan kebutuhan anak Anda.
Hubungi kami
WA : 0819-4343-1484
Link WhatsApp
(Reva-Skariga)
0 notes
bantennews · 1 year ago
Text
Bisa Jadi Ide Jualan, Ini Resep Nugget Ayam Keju Wortel
SERANG – Bosan dengan makanan yang itu-itu saja untuk bekal atau camilan si kecil? Bisa loh mencoba dengan membuat nugget sehat olahan ayam, keju, dan wortel. Selain rasanya yang lezat, nugget tinggi protein ini juga bisa menjadi makanan alternatif untuk anak yang sulit makan sayur. Namun, konsumsinya juga harus diperhatikan dan diseimbangkan dengan makanan lainnya. Berikut resep nugget ayam keju…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
ceritamelayuboleh · 9 months ago
Text
Tumblr media
GURU ZAMAN SEKARANG PT 2
Korang bayangkan, kalau dekat sekolah pun si guru dah berani nak menunggang anak murid, apa akan jadi kalau si laki dia tu dayus dan lembik.
Senang saja si guru nak bawak anak murid dia balik. Si guru boleh saja tipu dekat ibu bapa dengan alasan kelas tambahan dan bawak si anak murid balik untuk beberapa jam.
Yang bukak pintu dan jemput si guru dan anak murid adalah si suami. Si guru dengan selambanya membawa masuk si anak murid ke dalam rumah tanpa memikir perasaan si suami. Masuk-masuk rumah mulalah si guru dan si anak murid bercumbu di ruang tamu. Suami di depan mata hanya mampu melihat. Makin si suami tengok, makin si guru rancak bercumbu dengan anak murid.
Si guru mengarah suaminya membawa air kosong kepada anak muridnya. Arahan si guru diikut oleh si suami tanpa rungutan. Si guru memberi ubat biru kepada anak murid sambil menyuruhnya minum air yang dibawa suaminya.
Si guru kemudiannya menyuruh si suami dan si anak murid menanggalkan seluar masing-masing. Si guru mengejek menghina batang si suami yang berkali ganda kecil dari batang anak murid. Si guru menggelar suaminya sebagai lelaki mati pucuk. Si anak murid pulak tersenyum tersengih dipuji guru kegemarannya.
Si guru membawa si anak murid masuk ke biliknya, suami si guru mengikut mereka berdua bagaikan anak anjing kehilangan ibu. Si guru bercumbu dengan anak murid tanpa menghiraukan si suami di atas katil perkahwinan mereka. Bermacam-macam bunyi rengekan si guru keluarkan semasa menjilat, mencium, menggigit si anak murid. Batang si anak murid dikulum bersungguh-sungguh. Makin besar batang si anak murid, makin dalam kuluman si guru.
Tanpa membuang masa si guru mula menunggang batang si murid. Bergetar tetek si guru melonjat menunggang batang keras si anak murid. Rengekan keseronokan si guru bergema di seluruh bilik dan di telinga si suami yang memerhati mereka dalam kesedihan. Habis basah tilam akibat peluh si anak murid ditunggang gurunya.
Si anak murid memancut beberapa kali dalam masa beberapa jam, hasil daripada ubat biru yang ditelannya. Daripada posisi si guru menunggang anak murid, berubah ke posisi si anak murid menghenjut si guru dari belakang, hadapan dan dari tepi. Setiap pancutan anak murid memenuhi nafsu dan cipap si guru sehingga air mani si anak murid menitik keluar.
Selepas puas menerima sumbangan mani si anak murid, si guru menunjukkan sikap sadisnya terhadap suaminya. Si suami disuruh merangkak ke arah si guru yang bersedia di tandas. Si guru memaksa mengarah si suami membersihkan cipapnya sementara si anak murid berehat keletihan di atas katil. Walaupun hatinya remuk dan enggan, si suami mengikut arahan si guru, membersih dan menelan sebanyak mana air mani si murid yang si suami dapat. Sambil-sambil itu, si guru jugak puas melihat kehinaan suaminya dan puas dijilat cipapnya...
1K notes · View notes
lanhellboyblog · 8 months ago
Text
Kongkek Siti Nikmat
Ini adalah kisah nyata diriku. Namaku Amir dan panggilan mesraku ialah Am. Usiaku 30’an. Pendapatanku amat lumayan dan hobiku mengumpul kenalan untuk dikongkek. Telah hampir 15 tahun hidupku bergelumang dosa, iaitu sejak aku frust bercinta dengan kekasih yang amat aku sayangi. Sejak itu aku bertekad untuk merosakkan setiap gadis yang aku kenali. Berdasarkan pengalaman dan pergaulan harian, aku dengan mudah dapat memikat gadis yang aku ingini. Dengan skill aku yang tersendiri, jarang yang terlepas dari penangan butohku.
Perinsipku adalah “kalau tak dapat hari ini, lain kali boleh dapat juga.” Sesetengahnya memakan masa hampir seminggu baru aku dapat. Petikan dari pengalamanku juga, aku pernah amat menyukai pada seorang kenalan perempuan yang berumur awal 40’an. Dia ni isteri seorang pegawai majlis daerah. Siti namanya. Suaminya tidak dapat memberikan kepuasan kepadanya lantaran lemah sahwat kerana berbagai penyakit. Si Siti ni bertubuh kecil. Potongan rambutnya seperti Zarina Zainuddin, mengerbang tapi kemas. Dia bertubuh kecil, sekecil Shela Majid. Wajahnya ayu dengan make up yang sederhana tebal tetapi mampu memukau setiap lelaki yang memandang. Bibirnya sentiasa merah merkah dan menggairahkan. Buah dadanya menonjol dengan potongan badan yang cukup menggiurkan. Dia sentiasa berbaju kebaya atau kurung moden.
Satu malam aku bertemu dengannya dekat tempat parking, lalu aku mengajaknya ke tempat tinggalku. Aku membawanya ke banglowku di kawasan penempatan yang terasing dari hiruk-piruk kota dan tiada gangguan. Aku tinggal sendirian di situ. Di ruang tamu rumahku aku meminta dia membiasakan diri seperti di rumah sendiri. Maklumlah kerana inilah kali pertama kami bertemu secara berdua sahaja dan di dalam bunglowku sendiri pula. Well… dia begitu cepat menyesuaikan diri.
Sambil kuhulurkan minum, aku berbual dengannya sambil mendengar alunan musik romantik. “Am tak sunyi tinggal seorang?” tanyanya memulakan bicara. “Siapa yang sudi temankan Am kak?…” balasku sambil memegang tangan dan merapat ke tubuhnya di atas sofa sambil membelainya. Dia memelukku secara tiba-tiba bagai tak ingin dilepaskan. “Kak…., Am sunyi sekali di sini. Rumah besar tapi….!” kataku tersekat-sekat. “Kalau Am sunyi… biar akak saja yang hiburkan…! Itu pun kalau Am mau…!” katanya lagi sambil mengusap-usap pangkal paha ku. Lepas tu bibir kami pun bertaup rapat. “Bila-bila pun akak sudi temankan. Kalau Am nak akak boleh layan Am lebih dari suami akak sendiri…!” Siti memegang tanganku dan membawanya ke arah bukit berkembar miliknya.
Terasa kenyal daging yang membukit tersebut. Tanpa disuruh aku meramas kedua teteknya dengan ganas. Tak puas dari luar, aku buka kancing bajunya satu persatu hingga terburai kesemuanya. Teteknya bagai bersesak padat hendak keluar dari bra yang dipakainya. Dalam cahaya terang, teteknya nampak putih bersih tanpa sebarang cacat cela. Tanpa membuang masa aku pun tanggalkan cangkuk branya dari belakang. Lepas tu kulurutkan pula baju serta kain yang dipakainya. Maka terdamparlah pakaiannya di atas lantai marble di ruang tamuku itu. Yang tinggal hanya seluar dalam yang bentuk “V” yang masih berperanan melindungi daerah terlarangnya itu. Aku mengulum dan menyonyot kepala teteknya yang bagaikan tumbung kelapa dengan bentuk bengkakkan di sekeliling tompok hitam kepala teteknya. Aku pasti anda pernah melihat bentuk seperti ini di dalam filem lucah. Malahan teteknya yang pejal itu juga membengkak seperti belon.
Dengan bernafsu sekali aku kerjakan teteknya. aku kulum dan aku nyonyot semahunya hinggakan dia menjerit-jerit kecil, “ahhh.. aaahh… ahhh…… seeddddaaapppnya…! Ammmm….!!!” bila ku gigit-gigit puting teteknya itu. Permainan kepala tetek berlangsung agak lama. Ianya sentiasa diiringi dengan dengusan nikmat dari mulutnya. Kemudian kucium seluruh tubuhnya hingga dia menlentik-lentik tidak dapat menahan kegelian.
Aku tidak mengucup bibirnyabuat sementara waktu kerana bibirnya yang merkah itu akan ku lumat di akhir permainan nanti. Lagipun bibirnya amat menawan dengan gincu yang berkilat-kilat bagaikan berair dan sudah pasti ianya mahal. Permainan di ruang tamu berlangsung cukup lama. Akhirnya aku merangkul tubuhnya untuk didukung masuk ke dalam bilik tidurku yang telah disusun kemas oleh pembantuku di siang hari tadi. Di atas tilam setebal satu setengah kaki itu aku londehkan seluar dalamnya dari tubuh. Kini terpampanglah segitiganya yang tembam dengan bulu hitam lebat merimbun di situ. Aku kangkangkan kedua pehanya selebar-lebarnya.
Di bawah cahaya neon yang terang benderang itu maka terpampanglah rahsia peribadi miliknya itu. “Kak… Am nak gunting sikit bulu akak ni ye….! Am nak buatkan satu bentuk yang menarik ok???” Kataku pada kak Siti. Terbedik-bedik biji matanya memikirkan hajat yang ku sampaikan itu. Tapi aku memang tak berniat nak tunggu jawapan darinya. Aku pun pantas mencapai pisau cukur, sikat dan gunting yang terletak di atas almari solekku. Bagai seorang tukang gunting profesional aku melarikkan mata pisau cukur ke atas tundunnya. Dengan kedudukan mengangkang seluas itu, aku bebas mengerjakan laman terlarangnya itu.
Mula mula aku buangkan bulu-bulu di sekeliling lurahnya. Kemudian aku bentukkan bentuk “Love” pada area atas sedikit dari kelentitnya yang nampak terjojol keluar. Aku gunting dan aku rapikan serapi yang mungkin. Tanpa sebarang bantahan kak Siti menyerahkan kemaluannya untuk aku kerjakan. Sambil itu aku melayan kenakalan ku dengan mengentel-gentelkan kelentitnya berulang-ulang kali. Lama kelamaan terpancarlah lendiran yang membasahi lurah di bawahnya. Setelah selesai, aku menariknya masuk ke dalam bilik air di bilik aku itu. Di situ aku mula mencuci kemaluan kak Siti dengan shampoo.
Aku buang semua cebisan bulu-bulu yang terlekat di celah lurahnya. Makulumlah lurahnya itu begitu melengas berair semasa aku mencukur bulu buritnya tadi. Sambil menyempoo, aku urut dan kuis-kuis kelentitnya. Aku buat kak Siti bagaikan si anak kecil yang tak reti mencuci kangkangnya sendiri. Tanpa membantah kak Siti menyerahkan kangkangnya ke tangan ku. Terpejam pejam matanya menikmati belaian tangan ku di situ. “Am…! Seedddaaappp laaaaa…!!! Main lagi kat situ……! Akak dah tak tahaaan… niiiiiiiii.” Aku pun usap dan aku picit-picit kelentinya dengan rakus. Apa lagi, berlejeranlah lendir yang membasahi celah kangkangnya. Batang kejantananku juga sudah perit menonjol seluar jean yang masih aku pakai. Setelah selesai, aku bangunkan dia dan menariknya kembali ke dalam bilik. Acara belaian diteruskan.
Tapi kini giliran Kak Siti pula mengerjakan aku. Aku berbaring saja di atas katil. Pakaianku dibuangnya satu persatu. Akhirnya aku dibogelkan oleh Kak Siti dengan ganasnya. Pakaianku dirabutnya dengan kuat hingga baju T yang aku pakai itu terkoyak. Aku amat menyukai caranya. Sambil dia membuang pakaianku, tangannya membelai dan mengusap-usap tubuh serta kemaluanku. Akhir sekali tangannya menggenggam kemaluanku sambil mengosok dengan lembut. Ianya membuatkan aku terasa amat nikmat walaupun hanya dengan belaian tangannya saja.
Kak Siti ternyata bijak memainkan peranan. Setiap kali terasa kemaluanku digigit-gigit manja, dan sesekali juga seluruh batangku masuk ke dalam mulutnya. Ianya dihisap dan dilulur. Tanpa ku sedari aku menjerit, “aarrrruuuggghhh…!” Ketika itu batang kemaluanku ditokaknya dengan kuat secara tiba-tiba. Ianya seolah olah tanpa mahu dilepaskannya. Lama batangku ditokak di dalam mulutnya. Kadang-kadang bagai dikunyahnya lembut. Semakin lama semakin sedap ku rasakan.
Apa lagi, aku pun mulalah menyorong tarik batang pelirku keluar masuk ke dalam mulut kak Siti. Tanganku pula tidak diam begitu sahaja. Aku pegang kepala kak Siti yang kecil itu. Sambil itu aku tarik tekan kepalanya hingga ke pangkal batang pelirku. Akibatnya berlumuranlah batang pelirku dengan air ludah Kak Siti. “Aaarrrrr gggggghhhh…! Kkkkaaaaakkkkk tttttaakkk ttttaaahhhaan……!!! Aaaammm….! gggrrhhh…..!!!!!!” Berbagai macam bunyi yang tak tentu bahasa terbit dari mulut kak Siti. Namun aku tetap juga sorongkan batang saktiku itu sedalam-dalamnya ke dalam mulut tersebut. Akhirnya dapat ku rasakan yang ianya dah masuk melepasi kerongkong kak Siti. Ketika itu kehangatan bagaikan memijat-mijat pelirku. Memang dah terlalu dalam aku sorong batang pelirku itu. Keadaan itu jelas terbukti apabila bibir kak Siti pun sudah bertaut rapat ke pangkal tundun aku. Agak lama juga aku benamkan batang pelirku ke kerongkong Kak Siti. Saja aku geram nak pekenakan mulutnya yang cantik itu. Kak Siti hampir tersedak kerana tidak dapat menahan nafas lagi. Matanya putih menahan nafas. Kak Siti mengelepar bagai ayam yang disembelih.
Namun mulutnya tetap juga tak terlepas dari tancapan batang pelirku. Tangannya merewang-rewang cuba melepaskan mulutnya dari batang pelirku. Kakinya menendang-nendang, tapi tak satu pun yang mengenai sasaran. Yang berselerak hanyalah bantal, selimut dan cadar yang bagai dilanda taufan layaknya. Kak Siti meronta semahu-mahunya. Celah kangkangnya berlendir dan comot dipaliti lendiran dari dalam buritnya sendiri. Memang banyak lendir pelicin yang terbit di situ. Lebih lebih lagi bila dah tiada bulu di sekeliling lurahnya itu. Maka jelaslah kelihatannya lendiran yang meleleh dari situ. Ianya dah penuh membasahi pangkal pehanya akibat dari rontaannya tadi. Nampaknya Kak Siti sudah pun berapa kali mencapai kemuncaknya. Lebih lebih lagi semasa tubuhnya mengejang keras sambil memeluk erat pada tubuhku.
Rontaan Kak Siti semakin lemah. Aku pun cabut keluar batang pelirku dari mulut Kak Siti untuk membiarkan ia mendapat nafas semula. Ketika itu kak Siti terlentang bulat bagaikan pengsan. Matanya tertutup rapat dengan hanya buah dadanya saja yang bergerak pantas naik turun bagaikan di pam-pam. Sambil kewalahan menarik nafas, dengusan nafasnya kuat sekali mengeluarkan bunyi, “ggggrrrhh….!!! gggrrrhhh….!!!” yang tidak putus-putus. Air liur berbuih-buih keluar dari mulut Kak Siti. Setelah sudah hampir dua setengah jam aku mengerjakannya, namun tiada tanda-tandanya yang aku telah puas. Yang pastinya aku akan terus mengganyang Kak Siti selepas ia pulih sebentar lagi. Setengah jam telah berlalu bilamana batang kejantanan aku dah terkulai layu. Kesan tompokan merah dari gincu Kak Siti nyata terpalit di sekeliling kepala dan batang aku yang dilingkari oleh urat-urat kasar. Puas gak rasa hati ku kerana gincu mahal yang mencantikkan bibirnya itu, akhirnya menjadi alat bagi menyedapkan batang aku. “Kak…dah okey ke???” tanyaku sambil mengusap lembut wajahnya.
Dia tersenyum memejamkan mata sambil menganggukkan kepala. Gerak tangan aku perlahan-lahan mengusap tompokan bulu kemaluannya yang sudah berbentuk love. Terasa kesat dan tajam di situ kerana bulunya dah aku gunting pendek. Kemudian aku julurkan jari telunjukku menuruni lurah buritnya masih licin. Jejariku bermain dan mengentel daging kelentitnya yang mulai mengeras. Semakin lama semakin keras ianya kurasakan.
Dengan dua batang jari, aku mengepit kelentitnya sambil mengocok-gocok. Kelentitnya terjojol keluar dari kulit nipis yang menutupinya. Kelentik kak Siti aku pusing-pusingkan dengan jari ku yang berada pada hujung kelentit berkenaan. Apa lagi, berlenggoklah punggung Kak Siti mengiringi perbuatanku itu. Jika dia tak menyambut sebegitu nescaya koyaklah kelentiknya aku kerjakan. Batang pelirku pun mulai mengeras. Aku kuak kedua peha Kak Siti hingga terkangkang luas. Kini giliran lidahku pula untuk mengerjakan kemaluan kak Siti. Aku mencium daerah terlarangnya. Aku sembamkan mukaku di situ dan aku putarkan mukaku pada buritnya. Sambil itu aku giat menghirup cairan licin yang terdapat di situ.
Akibatnya, cairan tersebut semakin banyak terpancar dari burit sempit kepunyaan kak Siti. Erangannya jelas terdengar. Kak Siti sudah tidak lagi tahu erti malu. Ini terbukti bila mana dia dengan tanpa segan silunya menjerit sekeras-kerasnya. Suasana banglow dan bilikku yang luas itu bergema dengan jeritan nafsunya yang memenuhi segenap ruang. “Kak nak yang special tak?? tanyaku lagi. “Am… buatlah apa saja yang Am suka pada akak malam niii. Akak serahkan segalanya untuk hidangan Am….! Am boleh seksa akak lagi macam tadi pun……! Seedddddaaap…. sayang….!!!” bisik Kak Siti ke telingaku. Aku semakin gairah bila mendengarkan lafaz pengabdian kak Siti terhadap ku. Aku pun angkat kaki Kak Siti setinggi yang boleh. Kemudian aku buka kangkangnya lebar-lebar. Hasilnya, maka terpampanglah dengan jelasnya setampok burit yang sudah terhidang di depan mata kepalaku. “Akak tahan aje macam niee…..! Jangan tutup kangkang akak. Ini paling special untuk akak malam niee…!” kataku padanya.
Tanpa memegang tubuhnya, aku hanya menjulurkan lidah ku menyentuh bibir buritnya. Kedua belah tangan ku sudah pun ke belakang tubuhku. Tangan kak Siti memegang kakinya sendiri supaya sentiasa terkangkang ketika aku menjalankan operasi dengan menggunakan mulut ku. Aku jilat buritnya dari lubang dubur hingga naik ke atas kelentitnya.
Ketika dikelentitnya, dengan skill tersendiri aku jilat secara memanjang ke atas. Serentak dengan itu, pantatnya pun ikut naik mengikuti jilatanku. Apa lagi, buka main gila kak Siti menjerit, “uuuugggghhh….!!!! sedaaaapppnya….!!! AAAaaamm……..!” Berkali-kali aku lakukan begitu iaitu tanpa menyentuh bahagian lain. Akibatnya, pemusatan keseluruhan nikmat yang kak Siti perolehi hanya tertumpu pada sekitar bahagian kelentitnya sahaja. Sesungguhnya itulah nikmat yang setiap perempuan cari. Cecair pelincir banyak keluar semasa operasi ini berlangsung. Suara jeritan nafsu kak Siti terus lantang berkumandang. Aku rasa ianya boleh kedengaran hingga ke perkarangan banglowku…! “Ammm…akak dah tak tahan nieeeee…… eeeeeee…!!!!!! Masukkan batang Am ke dalam ya sayanggggg…!” Masa tu batang pelirku juga bagai meronta minta aku segera tusukkan ia ke dalam burit Kak Siti. Batang pelirku di raih oleh tangannya sambil digentel pada kelentitnya sendiri.
Semakin ganas semakin ngilu terasa di hujung pelirku. Aku mengerang dalam kenikmatan. Setelah tak tahan dipermainkan sebegitu rupa, maka kedua tanganku mulalah memegang kaki Kak Siti. Ianya aku kuak luas hingga terpampanglah buritnya dengan keadaan lubang yang kelihatan amat sempit. Aku rasa ianya hanya muat untuk menampung jari kelingking aku sahaja. Namun tetap aku halakan juga kepala torpedoku tepat di mulut buritnya. Aku lihat Kak Siti menahan nafas sambil mengemut buritnya. Dapat aku rasakan lubang buritnya semakin mengecil kerana kepala pelirku terasa semakin merapat di situ. Aku tekan batang aku ke bawah untuk cuba memaksa ia memasuki pintu yang maha sempit itu. Burit dan punggungnya memang ikut tertekan ke bawah. Namun kepala pelirku sedikit pun tidak lepas masuk ke dalam lubang buritnya walaupun banyak air pelincir di situ.
Dua kali aku cuba tapi masih tetap sama. Aku mula tertanya tanya mungkinkah batang pelirku terlalu besar untuk lubangnya itu? Tapi saiz batang butuhku biasa sahaja cuma panjang sedikit dari kebanyakan lelaki Melayu. Akhirnya aku cuba menjoloknya dengan jari kelingkingku. Tapi Kak Siti pula segera menghalang. Tangannya dengan cepat menangkap tanganku sebelum sempat kujolokkan masuk ke dalam lubang buritnya. “Am….! Yang ini special dari akak…! Jangan guna jariiiiii…..!” Kak Siti meminta kerjasama ku. Memang nyata lubang buritnya terlalu sempit.
Aku tak dapat masukkan kepala butohku walau pun sedikit. Ianya hanya sekadar mencecah bibir dan pintu kemaluannya saja. “Kak…! Kenapa sempit sangat niee…..?” Inilah kali pertama aku menutuh burit isteri seseorang yang sebegitu sempit. Bahkan ianya lebih sempit dari milik gadis perawan. Aku mula merasakan amat bertuah dapat menikmati persetubuhan ini. “Am….! Ini rahsia akak tau…..! Khas untuk Am saja….!” katanya pada ku. “Akak akan tahan nafas sambil mengemut burit akak macam niii….” Kak Siti pun menunjukkan buritnya padaku. “Jadi…. itulah pasal lubang akak sentiasa sempit…..! Semasa Am nak masukkan tadi, otot di sekeliling lubang akak ni akan mengeras. Sebab tulah susah butuh Am nak masuk…!” Ujarnya dengan panjang lebar. Aku akui bahawa kak Siti memanglah hebat. Walaupun agak berumur tapi buritnya sempit mengalahkan anak dara sunti…! Kak Siti memang mahir di dalam kesenian memainkan buritnya sendiri. Sebagai perbandingan, aku pernah menyuruh beberapa orang perempuan yang aku setubuhi selepas tu untuk melakukan cara serupa. Namun tak ada yang dapat menandingi kehebatan Kak Siti.
Dia bukan saja sekadar dapat menahan kemutan dengan agak lama, malahan ia juga bertindak memicit-micit batang pelir aku semasa hujaman dan tarikan. Ianya mampu kak Siti lakukan hanya dengan menggunakan kekuatan kemutan otot buritnya. Jadi memanglah tak hairan bila aku paling sedap bila dapat bersetubuh dengan Kak Siti. Tak lama kemudian aku mencuba lagi untuk kali ketiganya. Masa tu aku perhatikan kak Siti agak terleka. Dia langsung tak perasan yang aku nak cuba rodokkan butoh aku ke dalam lubang kemaluannya. Menyedari akan kesempatan tersebut, aku pun rodoklah buritnya dengan ganas. Dengan satu tikaman yang amat keras aku terjahkan butoh aku ke arah lubang burit kak Siti. Secara tiba-tiba jugalah kepala pelirku terbenam ke dalam lubang buritnya. Kak Siti kaget dengan tindakanku. Aku berjaya kali ini. Sedikit demi sedikit hingga akhirnya tenggelam juga semua batang pelirku. Ianya dah pun selamat berkubang di dalam lubang nikmat Kak Siti.
Aku tersenyum sedaaappppp…! Tanpa banyak membuang masa, acara sorong tarik pun bermulalah. Ianya seiringan dengan kemutan yang berterusan dari Kak Siti. Enjutan dari perlahan hinggalah ke pergelutan yang ganas berlaku antara aku dan Kak Siti. Kumutan kemaluannya seiring dengan enjutan tongkat saktiku. Butoh ku rasanya seperti disedut-sedut memasuki kemaluannya semasa ia mengemut batang ku. Butoh ku juga terasa bagaikan tetek lembu yang diperah-perah bila berada di dalam kemaluan kak Siti. Ternyatalah bahawa lubangnya terlalu sempit jika dibandingkan dengan anak gadis lain yang pernah aku setubuhi. Itulah yang membuatkan aku amat ketagih untuk berulang kali bersetubuh dengan kak Siti.
Permainan agak lama menunjukkan tanda-tanda akan berakhirnya persetubuhan kami. Kak Siti sudah pun beberapa kali mencapai klimax. Berbagai style kami dah lakukan. Samada dari depan, sisi, atas, bawah dan belakang. Begitu juga dengan acara lipat-melipat juga yang tidak kurang hebatnya. Melentik-lentik tubuh Kak Siti aku kerjakan. Bagaikan ahli akrobatik dia jadinya. Tubuh kecil molek Kak Siti yang ringan itu memudahkan kerjaku. Aku pangku dia sambil berdiri saja. Kemudian aku lipat kakinya hinggakan bertemu lutut dengan bahunya sendiri. Lepas tu ku hujam senjataku ke dalam kemaluannya secara terbalik dalam posisi begitu. Kepala pelirku menyentuh dan menghentak masuk hingga ke pintu rahim kak Siti yang agak pejal di dalam buritnya itu. Kasaran tindakkan aku tu membuatkan Kak Siti menjerit keras kerana terkejut disondoli kesenakkan.
Setelah hampir puas aku terlentangkan tubuhnya seperti posisi awal tadi. Sebelum mengakhiri persetubuhan, aku kejutkan kemaluan kak Siti dengan satu hujaman keras. Butoh panjang aku tu merodok buritnya sedalam yang mungkin. Pangkal butoh aku pun sampai dah boleh menyentuh-nyentuh biji kelentitnya. Hujung kepala butuh ku pula dah sampai ke penghujungan telaga bunting kak Siti. Ia dah mula dapat menyentuh bahagian yang terasa keras dan agak kenyal di situ. Bila dah sampai ke tahap yang sebegitu, maka seiring Kak Siti pun mulalah menjerit ganas.
“AAAHHH…..!!! UUHHHH………!!! hhheeee……!!! iiiiiiiitttttttt…..!!!” Terteran-teran suara kak Siti. Aku pulak dengan satu kejutan yang pantas, aku cabut keluar keseluruhan batang sakti ku dari buritnya. “Aaaaaaauuuuuuggggggghhhhhhh……!!!!!!!!” Jerit lolong dari kak Siti. Sambil itu kemaluannya bagaikan terkencing-kencing memancutkan beberapa das air yang serba jernih dan melekik-lekik. Ketika itu aku perhatikan bahawa kelakuan kemaluan kak Siti itu tak ubah seperti dia sedang menerbitkan air kencing. Itu yang membuatkan aku terkejut dan kaget.
Itulah pengalaman pertamaku dapat menutuh burit perempuan yang sampai kemaluannya boleh terpancutkan kencingan air yang sebegitu banyak. Air yang terpancut dari kemaluan kak Siti itu macam air kencing tapi aku rasa ianya bukanlah air kencing. Mungkin ianya satu macam semburan air nafsu yang terbitnya dari daya kemutan buritnya yang maha hebat itu. Air nafsunya keluar lagi apabila ia mengemut-ngemutkan buritnya. Ketika aku gintel kelentitnya, lebih kencang kencingannya hingga membasahi sebahagian selimut dan tilamku. Sambil melolongkan jerit nikmat, Kak Siti tanpa segan silu terus memancutkan kencingan air nafsunya itu. Ukiran kenikmatan yang amat sangat di wajahnya itu membuatkan aku bertambah nafsu padanya. Kekadang terpancut kencingan airnya hingga membasahi batangku yang sedang berada betul betul di hadapan kemaluannya. Ia berlaku beberapa kali lagi. Ketika itu tangan ku kemas mengepit kelentit Kak Siti.
Keadaan yang sebegitu rupa hanya berlaku apabila Kak Siti benar-benar 100% puas dengan foreplay yang cukup panjang. Setelah berkali-kali ku perhatikan, aku mula mengetahui teknik dan caranya untuk membuatkan Kak Siti mengelepar sampai memancutkan kencing air nafsunya pada setiap kali aku mengongkek buritnya. Suaminya sendiri tidak pernah menutuh buritnya sampai keluar air nafsu seperti yang aku lakukan itu. Kata kak Siti ianya terlalu nikmat dan tidak tertahan nafsunya bila aku berbuat begitu terhadapnya. Bayangkanlah bahawa pernah dia datang ke rumahku di tengah malam buta semata-mata untuk meminta aku mengongkek buritnya sampai terkeluar kencingan air nafsunya. Pada malam tu saja kami dah berjaya lakukan sebanyak beberapa kali lagi. Akibatnya kami berdua merasai amat keletihan pada siang harinya.
Berbogelan kami tidur berpelukan di atas tempat tidur yang sudah serba kebasahan. Badan kak Siti pula penuh terpalitkan air maniku yang kental. Bila air mani tu dah kering, ianya mulalah berkeruping pada badannya. Begitu jugalah pada keadaan muka dan di dalam mulut Kak Siti. Habis kesemua kecantikannya telah bersalut dengan kesan kesan pancutan air mani aku. Keesokannya, setelah puas melayari bahtera dengan kak Siti pada malam tadi, aku terpaksa mengambil cuti kerana amat keletihan. Kini Kak Siti bagaikan ahli keluargaku sendiri. Dia bebas untuk masuk keluar ke dalam banglowku walaupun di siang hari ketika pembantu rumah aku ada di rumah. Aku pula sentiasa berkesanggupan untuk melayan nafsu buasnya. Walaupun kadang-kadang bila aku sedang bersetubuh dengan orang lain, Kak Siti rela menungu gilirannya untuk aku mnyetubuhi buritnya selepas itu. Bayangkanlah berapa lama masa yang diperlukan untuk aku ejakulasi lagi…! Pernah dari jam 10.00 malam hingga 3.00 pagi barulah air maniku keluar. Inilah kesah cerita ku. Namun nama penuh terpaksalah aku rahsiakan.
Cerita ini adalah pengalamaku sendiri. Itulah juga sebabnya aku masih membujang sampai ke hari ini. Sebab aku boleh mendapat nikmat seks pada bila-bila saja. Ada di antara perempuan yang aku kenali itu boleh aku ajak terus, dan ada pula yang terpaksa aku pujuk rayu dengan bermacam janji. Tetapi memang kesemua perempuan yang aku ngorat itu telah berjaya aku celapak kangkang mereka. Aku setubuhi mereka sampai selama beberapa jam. Bila benih zuriat aku tu dah berjaya aku taburkan ke dalam gudang bunting mereka, barulah aku berpuas hati.
Setiap anak dara yang terjerat masuk ke dalam banglowku ini, hanya aku benarkan pulang setelah aku melucutkan taraf kedaraan mereka itu. Begitu juga janda maupun isteri, semuanya pasti dapat menjadi habuan batang aku ni. Ada yang mudah dapat dan ada juga yang terpaksa bersusah-susah barulah boleh dapat. Namun kak Sitilah yang paling aku suka…! Sebab keupayaannya luar biasa dan ganas. Tempat tak kira, dari banglowku sendiri, dalam hutan, tepi sungai maupun dalam kereta. Aku pernah pergi ke rumah seorang kawan perempuan pada hari raya. Dia tu masih menuntut di sekolah menengah yang berhampiran. Budaknya tinggi lampai dan berkulit putih melepak. Bodynya tu saja boleh buat berasap batang lelaki bila melihatkannya. Apa tidaknya, bontot dia dahlah besar, menunggek lak tu…! Buah dadanya yang tersergam indah itu jelas melengkapkan dia sebagai seorang perempuan yang cukup sempurna kejelitaannya. Aku berkenalan dengan dia kira kira 2 bulan yang lalu. Pertama kali aku tengok dia aku dah syak bahawa dia tu masih dara lagi.
Masa tu dia memakai T-shirt tanpa lengan yang jelas mendedahkan pusatnya. Kain yang dipakainya pula agak sendat dan ketat. Dengan corak pakaian yang sebegitu, memang mendidih nafsu aku dibuatnya. Segala liku bentuk tubuhnya yang cantik itu terpamir di depan mata kepala ku dengan sejelas jelasnya. Awal awal lagi aku dah memasang niat serong terhadapnya. “Kejap nanti, dara kamu tu mesti aku pecahkan…!” Kata suara nafsu aku. Tapi ternyata dia bukannya gadis yang mudah untuk dirosakkan. Dari pagi aku melayaninya dengan berbagai janji dan pujukan. Namun dia tetap tidak berani untuk masuk ke banglowku. Lepas makan tengahari, aku lepak dengan dia kat sebuah taman yang tak berapa jauh dari banglowku. Lebih kurang satu jam berada di situ, dia mula mengadu hendak buang air besar. Memandangkan tandas awam kat situ keadaannya kurang memuaskan, maka terbukalah alasan yang baik untuk aku mengundangnya ke banglowku.
Oleh kerana dah terdesak maka dia pun bersetujulah dengan cadangan aku tu. Bila dah masuk ke dalam bilek aku, senanglah kerja aku untuk memasukkan jarum pujukan yang selanjutnya. Rupa rupanya memang sudah ditakdirkan daranya itu pecah dengan sondolan butoh aku. Maka terjebak jugalah keperawanan si jelita itu menjadi mangsa butoh aku. Kesan kesan darah yang terdapat pada cadar putih aku tu akhirnya menjadi bukti akan kedurjanaan yang telah menodai kesuciannya itu. Pada hari raya tahun itu aku memandu kereta kat kawasan rumahnya. Aku ternampak dia sedang menjirus bunga diperkarangan rumahnya. Masa tu dia berkain batik yang agak singkat lagi sendat. Segera aku memberhentikan kenderaan untuk menonton aksi pergerakkan tubuhnya yang cukup membangkitkan nafsu aku.
Dari perhatian ku, aku dah dapat mengagak bahawa dia tidak memakai sebarang seluar dalam. “Nantilah….! Kejap lagi akan ku selak kain kamu tu sampai nampak lubang sedap kamu tu.” Lafaz hajat hajat serong di hatiku. Dia berT-Shirt hitam yang berlengan panjang. Tetapi potongannya amat singkat iaitu 6 inci di atas paras pusatnya. Bila dia mengangkat lengannya dengan agak tinggi, kemerahan puting susunya pun mampu terjenguk jenguk sikit bagi mengesahkan yang dia juga tak memakai coli. Bahagian perutnya yang putih melepak tu cukup cantik bila terdedah begitu.
Segala yang ku lihat itu benar benar telah mengundang hajat berahi ku terhadapnya. Aku pun segeralah parking kereta dan masuk untuk bertandang raya di rumahnya. Secara kebetulan pula di rumahnya itu hanya tinggal dia dan ibunya saja. Ahli-ahli keluarganya yang lain tidak pulang berhari raya. Tak berapa lama kemudian ibunya pula tinggalkan aku berduaan dengan dia di rumah itu. Ibunya keluar ke rumah jiran sebelah untuk berhari raya di situ. Dia pun datanglah kepada ku dengan membawa sedulang air minuman. Masa tu aku sedang duduk di atas sofa. Bila sampai aje dekat aku, aku pun pantas bertindak menyelak kainnya. Dia terperangkap tidak dapat menghalang perbuatan tak senonoh aku tu kerana kedua belah tangannya sedang memegang dulang air minuman.
Maka dengan sewenang-wenanglah aku boleh bermaharajarela menyingkap kainnya dengan sesuka hati ku. Apa lagi, terdedahlah kemaluannya yang tidak berbulu itu. Aku lilitkan kainnya itu pada paras pinggangnya. Maka terbogellah tubuhnya dari pinggang ke bawah. Kemudian aku tarik dia supaya duduk di atas pelir ku yang dah siap terpacak keras. Butoh aku tu tepat memasuki lubang kemaluannya. Apa lagi….! Aku pun hayun lah aksi persetubuhan kat ruang tamu rumahnya itu. Masa tu pintu depan kat ruang tamu tu pun sedang terbuka luas. Dengan keadaan kami yang mengadap ke muka pintu, aku pasti sesiapa juga yang lalu lalang di situ sudah pasti boleh nampak akan perbuatan kami itu. Maklumlah hari raya. Memang pun ramai yang lalu lalang kat situ.
Dan ramai juga yang telah dapat menyaksikan persetubuhan kami. Tapi aku rasa kebanyakkannya lebih berminat nak tengok kecantikan batang tubuh si dia tu. Selama lebih sejam butoh aku berkubang dalam buritnya. Akhirnya aku pancut air mani aku ke dalam perutnya. Oleh kerana terlalu geram, maka amat banyak air benih itu aku taburkan ke dalam sarang buntingnya yang tengah subur itu. Tiba-tiba terdengar suara maknya masuk dari dapur ke ruang tamu. Kelam kabut dia bangun memperbetulkan kainnya. Nasib baik aku dah selamat tembak kesemua air mani ku ke dalam kemaluannya. Puas betul rasanya bila dapat selesaikan persetubuhan di dalam keadaan yang serba tidak selamat.
Bila maknya datang dia pun segera ke dapur. Maknya duduk di hadapan aku dengan membelakangi dapur. Aku berbual dengan maknya buat seketika. Perlahan lahan anaknya dia muncul dari dapur. Kali ini dia berkeadaan tanpa seurat benang di tubuhnya. Terkebil-kebil biji mata ku mengkagumi keberaniannya. Tapi maknya sedikit pun tak nampak perbuatan anaknya itu sebab ianya berlaku di belakangnya. Aku lihat pada kemaluannya dah penuh diselaputi air mani aku yang berwarna pekat keputihan. Tak kurang juga banyaknya yang dah melimpah ke pangkal pehanya. Dengan penuh bangganya dia mempamirkan hasil penzinaan yang baru saja selesai kami lakukan tadi. Tanpa menoleh ke belakang, maknya bersuara menyuruh anaknya mengangkit kain di jemuran belakang rumah. Selamba aje anaknya menjawab persetujuan untuk melakukannya.
Masa tu berdebar jantung ku takut kalau kalau maknya menoleh ke belakang. Anaknya pun segeralah bergerak ke arah pintu belakang. Tiba tiba talipon berdering dan segera diangkat oleh maknya. Sementara berlangsungnya perbualan talipon, aku memohon izin untuk ke bilek air di dapur sana. Tujuan aku yang sebenarnya hanyalah untuk memerhatikan tingkah laku anaknya. Bila sampai saja di dapur aku lihat kain batik dan baju anaknya masih lagi terperap di atas lantai. Segera aku bergerak menuju ke pintu dapor yang memang dah ternganga itu. Perlahan lahan aku mengintai ke luar. Memanglah budak tu sedang mengangkit kain jemuran di belakang rumahnya. Dia berdiri mengadap ke arah aku. Tapi selamba aje dia melakukan kerja itu di dalam keadaan bertelanjang bulat. Secara kebetulan pulak, tak berapa lama kemudian lalulah seorang hindu penjual roti. Aku teka sudah pasti budak itu segera berlari masuk ke dalam rumah kerana malu. Tapi sangkaan aku ternyata tidak tepat.
Dia masih lagi selamba buat kerja di situ dengan menghalakan belakangnya ke arah si penjual roti. Si roti itu pula bukan main seronok lagi dapat tengok tubuh budak melayu yang serba putih melepak itu. Tapi dia cuma dapat tengok bahagian belakangnya saja. Seberapa hampir, dia pun parkinglah motosikalnya di situ. Jaraknya tak sampai 10 kaki dari kedudukan aku. Dengan budak perempuan itu pula tentulah lebih dekat lagi. Segala pelusok bahagian belakang tuboh bogel budak perempuan itu dapat ditontonnya dengan amat jelas. Tak lama kemudian si cantik manis yang berbogel itu beraleh posisi. Dia berdiri mengadap si penjual roti tersebut. Dia seolah oleh sengaja nak mempamirkan tetek dan kemaluannya pada pada lelaki berkenaan. Mata lelaki itu jelas tertumpu pada celah kangkang budak tu. Cukup minat dia melihatkan ketembaman setampuk tundun yang tak berbulu itu. Malahan kegeraman dia semakin ketara bila mana dia dah mula mengeluarkan butohnya sendiri. Batang yang hitam legamnya itu memang sudah jelas terpacak keras. Dari gaya keadaan tersebut aku agak dah tentu sekarang kurangnya seminggu batang itu tidak diservis. Apa lagi, butoh yang keras itu pun mulalah dihayunnya dengan tangan sendiri.
Budak perempuan itu pulak tercegat berdiri melayan pandangan ke arah batang hitam yang tidak bersunat itu. Mungkin dia berminat pada keadaan kepala butoh itu yang menyelinap keluar masuk melalui kulit yang tidak berkhatan itu. Kepala butoh hindu yang sepanjang dua gengam tangan itu semakin pantas dihayun. Kegeraman nafsunya cukup tercuit dengan keadaan kemaluan perempuan melayu itu. Mana tidaknya, burit itu masih lagi penuh berselupur dengan kesan kesan air mani aku yang serba memutih. Segala bukti yang terpalit di celah kangkang budak itu adalah jelas menunjukkan bahawa dia baru saja selesai melakukan persetubuhan.
Si penjual roti itu sudah pasti beranggapan bahawa kemaluan si cantik rupawan itu memang dah selalu menjadi sarang bagi memenuhi desakan butoh beberapa orang lelaki. Aku lihat kepala butohnya dah mula berkilat kilat untuk meledakkan air mani. Dia melakukan beberapa langkah ke hadapan dan berhenti betul-betul di tepi pagar. Sambil melangkah, seluar yang dipakainya terlucut hingga ke pergelangan kakinya. Maka berbogellah juga si penjual roti itu dari paras pinggang ke bawah. Masa tu hanya jarak 3 kaki sahaja di antara dia dengan budak perempuan tu. Aku tau tujuannya untuk mendekatkan jarak ialah untuk memandikan budak telanjang itu dengan hujan air maninya nanti. Tak berapa lama kemudian mulalah bersembur-sembur terbitnya pancutan air mani dari butoh yang tak berkhatan itu.
Budak perempuan itu pula masih lagi selamba aje berdiri di tempatnya. Apalagi, alamat ratalah tubuh bogel itu kena simbah dengan air mani hindu tersebut. Lelehan tompok tompok yang serba keputihan penuh terpalit kat muka dan dadanya. Bibir merkah delima budak itu pun juga turut sama terkena semburan peluru nafsu si penjual roti itu. Bukan main puas lagi hatinya dapat pekenakan lancapan yang sebegitu rupa ke atas seorang jelitawan melayu. Tak berapa lama kemudian dia pun beredarlah dari situ. Aku pun masuk semula ke dalam ruang tamu. Masa tu si maknya baru saja meletakkan gagang talipon. Aku pun duduk kembali di atas sofa dan meneruskan perbualan dengan maknya.
Sambil berbual aku nampak anaknya mucul dari dapur dengan membawa sebakul kain yang baru diangkitnya tadi. Berdebar jantung aku bila melihatkan keadaannya masih lagi telanjang. Kali ni lebih teruk lagi. Sekarang bukan saja kangkangnya yang penuh dengan kesan air mani, tapi kat muka dan dadanya pun sama juga. Mujurlah ketika itu maknya sedang rancak berbual dengan aku. Jadi dia langsung tak berkesempatan untuk menoleh ke belakang. Si anaknya pula berbogelan aje di belakang maknya dan terus mendaki tangga menaiki tingkat atas.
Tak berapa lama kemudian aku pun meminta diri untuk pulang. Lepas peristiwa itu, adalah beberapa kali aku datang menjengok semula ke rumah tersebut. Bila dia datang menyambut aku kat pintu pagar dengan memakai T-shirt singat dan berkain batik, kat situ jugalah aku lucutkan kain batik yang dipakainya. Lepas itu barulah aku pimpin tangannya dan terus masuk ke dalam rumah. Bila air mani aku dah penuh bertakung di dalam perutnya barulah aku pulang. 
By_lanmaxtremesblog
801 notes · View notes
nalza73 · 9 months ago
Text
Rezeki
agak panas. Mentari pun kian mencacak di atas kepala. Peluh di badan Salmah dah terasa melekik lekik. Oleh kerana semakin tidak selesa, dia pun mula menanggalkan baju. Salmah memang tak biasa bercoli maupun seluar dalam bila berada di rumah. Setelah baju terpisah dari tubuh, maka terdedahlah sepasang teteknya yang mekar. Tinggallah kain batik saja masih melekat di tubuh Salmah. Namun itu pun tak lama dibiarkan. Salmah membuka ikatan kain seraya melepaskannya. Ia melurut ke bawah dan jatuh membulat ke atas lantai. Dengan itu sekujur tubuh Salmah membogellah di dalam bilek itu.
Salmah tercari carikan tuala yang entah mana diletakkan. Bertelanjang bulat dia berlegaran di dalam bilek. Setelah puas mencari, barulah terjumpa akan tuala tersebut. Segera ianya dicapai dan dililitkan ke tubuh. Tuala itu pula agak kecil dan nipis. Sekadar cukup menutupi puting tetek dan pantat. Pendek kata, jika ia ditarik sikit ke atas, pantatnya akan terserlah. Jika ditarik sikit ke bawah, puting tetek pula tersembul. Sebegitulah keadaan paras tuala yang terlilit pada tubuh Salmah.
Dia pun bergerak menuju ke bilek air yang hanya berpintukan kain lansir. Kain itu pula serba singkat dan tidak cukup lebar. Ia hanya mampu menutupi 75% lubang pintu itu. Masuk saja ke bilek air, begitu selamba Salmah melucutkan tuala dan disangkutkan pada dinding. Dia pun mencapai berus gigi. Sambil berdiri menggosok gigi, lubang pantat Salmah mula menerbitkan air kencing. Pancutan itu pula agak bertaburan. Ia mengakibatkan peha Salmah berlumuran dengan air kencing sendiri. Namun keadaan tersebut tidak langsung diperdulikannya. Selesai saja kencing, dia pun mula mencedok air dan terus mandi.
Selepas mandi barulah dia rasa lebih selesa untuk menghadapi cuaca yang semakin panas. Salmah meneliti di sekitar rumah. Dia cuba mengesan kedudukan pak saudaranya itu. Puas dicari tapi tak juga ditemui. Maka Salmah pun menamatkan pencarian yang buntu tersebut. Dia cukup yakin bahawa si tua itu telah pun beredar. Barulah lega hatinya. Selamat dia kali ni. Tak perlu Salmah menonton aksi lancapan yang tak senonoh itu. Ekoran dari perkembangan tersebut, dia pun mengambil keputusan untuk terus berkemban saja sepanjang hari.
Dia pun melabuhkan bontot di atas kerusi panjang. Kedua belah kakinya juga naik ke atas kerusi tersebut. Tumit Salmah terletak pada kusyen dengan lutut dibengkokkan ke atas. Paras lutut itu adalah lebih tinggi daripada kepalanya sendiri. Apabila berkedudukan sebegitu, tuala yang dipakai pun terselak hingga ke paras pusat. Serata pantat Salmah terlambaklah buat tatapan sesiapa saja yang lalu di hadapannya. Sambil mengangkang sedemikian rupa, Salmah tekun membaca majalah yang telah dibeli semalam. Pada ketika itu dia berasa amat selesa dan tenteram.
Sedang asyik membelek majalah, tiba tiba pak saudaranya muncul. Namun kehadiran si tua itu tidak sedikit pun Salmah sedari. Majalah yang dibacanya berada pada kedudukan paras mata. Maka keluasan pandangan Salmah hanyalah di sekitar muka surat majalah itu sahaja. Apa yang berlaku di belakang majalah tersebut memang sukar untuk diketahuinya. Dengan itu Salmah pun terus leka membaca sebuah cerpen kesah cinta yang agak panjang.
Gerak langkah pak saudara Salmah kaku seketika. Dia seolah olah tidak percaya akan apa yang terhidang di hadapan matanya. Nak tersembul biji mata si pakcik melihatkan pamiran kangkang yang sebegitu rupa. Lebih lebih lagi kangkang si Salmah, anak saudara kegemarannya. Tak disangka rezeki mata datang menggolek pada hari itu. Dapat pulak tu, celah kangkang yang baru belajar nak tumbuh bulu.
Kepala pelir pak saudara Salmah mula terasa berdenyut denyut. Detupan jantungnya bertambah ligat mengepam aliran darah. Ianya deras pula tersalir masuk ke dalam urat urat pelir. Kesegaran mula dirasai di bahagian tersebut. Pengepaman yang sebegitu rupa, cepat menghasilkan kesan. Ruas batang pelir si tua itu sudah nampak semakin membesar lagi memanjang.
Pak saudara Salmah mulai sedar bahawa kehadirannya masih belum lagi terbongkar. Dia cuba mententeramkan nafsu agar kealpaan tersebut boleh dimanfaatkan
sebaik mungkin. Di dalam situasi itu, si pacik mengambil keputusan untuk bertelanjang bulat. Perlahan lahan dilucutkan satu persatu pakaiannya. Amat cermat perkara tersebut dilakukan. Tiada sebarang bunyi maupun petanda yang diterbitkan. Setelah semua pakaiannya terlerai, maka berdirilah dia di hadapan muka pintu. Sudah tiada seurat benang pun melekat pada sekujur tubuh tua itu.
Ternyata Salmah masih leka membaca kesah kesah yang tersiar di dalam majalah berkenaan. Tubuh bogel yang berdiri di hadapannya tidak langsung disedari. Bagi pak saudara Salmah, keadaan sebegitu memanglah menepati segala kehendak perancangan. Si pakcik mula bertindak untuk menghampiri Salmah. Namun dia perlu lakukan sesenyap yang mungkin. Jika tidak sudah pasti kelakuannya terbongkar dan akan memeranjatkan Salmah. Jadi dia pun tunduk melutut dan mula merangkak. Hala tujunya ialah ke tapak pamiran lubang pantat Salmah.
Membulat tubuh bogel si tua itu merangkak di atas lantai. Lakunya tak ubah seperti anak kecil yang baru belajar merangkak. Dengan amat perlahan lututnya mengatur langkah. Tangan pun turut bertatih cermat ketika menambah setiap jangkauan. Bagai se ekor kerengga gergasi, cukup sepi perayauannya. Di bawah perut yang agak boroi, terkonteng konteng si batang pelir yang sudah keras. Batang yang sepanjang 7 inchi itu nampak amat membengkak penonjolannya.
Sikit demi sedikit dia menggesutkan rangkak. Semakin lama, sasaran semakin didekati. Akhirnya dia sudah berkedudukkan yang sehampir mungkin. Hanya jarak satu kaki memisahkan sepasang mata dengan setampuk pantat remaja. Posisi muka si tua itu adalah separas pantat Salmah. Setiap helai bulu dapat dilihat secukup cukup nyata. Liku liku pada alur pantat Salmah pun sudah boleh disukat. Hiduan bau bau pantat bersarang di dalam hidungnya. Ia dihirup sepuas puas hati. Baginya, itulah satu hiduan yang amat menyegarkan. Sungguh berselera dia menikmati keharuman bau pantat anak saudaranya sendiri.
Beberapa ketika kemudian, Pak saudara Salmah mula mengatur kedudukan untuk berbaring. Oleh kerana kedua belah kaki Salmah tidak mencecah lantai, maka di tapak itulah dia terlentang. Cukup cermat dan berhati hati dilakukan usaha tersebut. Dalam pada itu, dia juga cuba menempatkan pelir agar berada di bawah pantat Salmah. Perlahan lahan ianya diayak ke posisi sehampir yang boleh. Apabila jarak perantaraan sudah tak melebihi dua inchi barulah dia berpuas hati.
Pada ketika itu, lubang kencing pak saudara Salmah betul betul berada di sisi lubang pantat. Terowong kering itu kelihatan ternganga nganga. Ia seolah olah mencabar untuk disirami kencing nafsu. Lubang pantat dan kepala pelir bagaikan di ambang penyatuan. Jika dihampirkan sedikit lagi, maka persetubuhanlah namanya. Begitu terancam kedudukan lubang pantat Salmah. Namun dia tidak sedikit pun dapat sebarang petanda akan bahaya yang sedemikian rupa. Ianya berpunca dari kecermatan si tua itu. Segala daya usaha telah dilaksanakan dengan penuh berhati hati.
Pembaringan pak saudara Salmah sudah selesa di sudut tersebut. Ianya cukup terlindung dari jangkauan mata Salmah. Si kepala pelir juga sudah boleh berlaga angin dengan si pantat. Jika diikutkan hati, selaput dara Salmah boleh diranapkan bila bila masa saja. Persediaan si batang pelir juga telah cukup lengkap. Ia sudah pun terpacak keras. Begitu mengkal dan berulas ulas tersergam kegagahannya. Tanda tanda pendidihan mula terasa di dalam pundi air mani si pacik. Peraman selama sepuluh hari itu sudah cukup masak untuk menjana kemuncak kepuasan.
Amat nyata bahawa segalanya telah teratur dengan sebaik baiknya. Semua perancangan sudah pun menepati ciri ciri keperluan. Tiada sebarang alasan untuk bertangguh lagi. Batang pelir pun sudah berada di dalam genggaman. Hanya menantikan intro untuk memulakan irama perahan. Tanpa membuang masa, maka bermulalah aksi hayunan tangan yang beriramakan rentak lancapan.
Pamiran celah kangkang Salmah dijadikan modal pengasah nafsu. Selama ini gambaran sedemikian hanyalah berbentuk fantasi sahaja. Tetapi pada ketika itu ianya telah menjadi kenyataan yang pasti.
Selak pantat Salmah sudah terpapar buat habuan hawa nafsu. Keputihan kulit peha Salmah diserlahi oleh kehalusan yang tiada bercacat cela. Ia membuatkan si pantat nampak lebih sedap dan menyelerakan. Si tua itu akui bahawa itulah secantik cantik pemandangan yang diperlukan oleh lelaki yang sepertinya. Lebih lebih lagi bertujuan untuk dijadikan modal melancap.
Selambak pantat Salmah, terkangkang betul betul di hadapan mata si tua itu. Sambil tangan mengepam pelir, dia tekun menumpu perhatian pada pantat tersebut. Ketembaman yang serba membujur itu bagaikan disukat dengan mata. Ianya nampak sungguh lembut dan halus. Lebih lebih lagi bila terdapat kesan kemerahan pada persekitaran bibir pantat. Boleh dilihat juga akan ujudnya beberapa helai bulu halus. Walaupun hanya berjumlah yang terbilang, namun ia mampu menghiasi ketembaman di situ.
Kelentik yang segar mekar itu juga tampak cukup indah berseri seri. Kelopaknya terjuntai juntai seolah olah melambai cabaran nafsu. Dengan kangkang yang sebegitu terkuak, bibir pantat Salmah tersingkap secukup cukup luas. Kebulatan terowong bunting pun boleh dilihat sampai ke dasar. Serba kemerahan mewarnai keadaan di situ. Ianya ternganga nganga bak kalui kelaparan.
Sebegitulah gejala akibat terlampau luas kaki mengangkang. Segala biji buah pada lubang pantat Salmah tersembul sejelas jelasnya. Itu semua adalah khusus buat tatapan si tua berkenaan.
Sambil mata pak saudara Salmah meratah pantat, tangan pula rancak melancap pelir. Penuh tekun kedua dua tugas tersebut dilaksanakan secara serentak. Dari mata turun ke pelir, begitu se kata rentak si tua itu mengasah nafsu. Untuk memaksimakan kepuasan, dia mula melayarkan sebuah fantasi seksual. Dibayangkan betapa sebatang pelir yang ganas sedang membajak lubang pantat Salmah. Pelir itu panjang dan besar seperti pelirnya juga.
Sudah tentu kepala pelir akan menghentak jauh hingga ke dasar. Telaga bunting Salmah pasti disondol selagi mungkin. Bertubi tubi asakan padu menghenyak ke dalam terowong sempit itu. Memang ranap pantat si Salmah bila kena balun sebegitu rupa. Sudah pasti pantat itu habis terkoyak rabak. Salmah dijamin menjerit kesakitan.
Lubang pantatnya bagai disagat dengan kertas pasir. Berlinang air mata darah sekali pun, pantat Salmah tetap juga dikerjakan sampai lumat. Sebegitulah ganas fantasi si tua itu terhadap Salmah. Semakin hangat fantasi berlarutan, semakin tajam tumpuan matanya pada lubang pantat si anak saudara.
Tiba tiba dia dah mula terasa lain macam. Denyutan di kepala pelirnya tak upaya lagi di kawal. Kulit di situ juga sudah terasa amat tegang. Ia tak ubah seperti belon yang ditiup tiup. Si tua itu cukup mengerti akan maksud petanda yang sedemikian rupa. Ia bermakna kemuncak syahwat akan menjelma sebentar lagi. Telah lebih sepuluh hari dia memikul takungan air mani. Saat untuk bebas dari bebanan tersebut kian hampir. Detik yang menjanjikan se sedap kenikmatan dinantikan dengan sepenuh nafsu.
Dalam pada itu, tak semena mena pemanduan lancapan pelir melakukan sedikit lencungan. Hala tuju lubang kencing diperbetulkan sasarannya. Ia dimuncungkan tepat ke dalam terowong pantat yang ternganga sejak dari tadi lagi. Geram sungguh pak saudara Salmah pada terowong itu. Pelirnya cukup marah melihatkan keadaan lubang pantat Salmah. Ianya amat tidak senonoh. Lebih lebih lagi bila telaga bunting Salmah ternganga sebegitu rupa. Meluap luap dorongannya untuk menghukum pantat itu.
Lubang pantat Salmah mesti diajar sikit. Bergitulah bunyi gerak kata hatinya.
Maka dengan perlahan lahan si kepala pelir disendalkan ke pangkal terowang berkenaan. Bahagian dalam terowong sudah tidak lagi boleh dilihat. Begitu juga dengan lubang kencing si kepala pelir. Lubang pantat Salmah seolah olah berpintukan kepala pelir si tua itu. Ia bertindak seperti libut yang menutupi jalan masuk ke dalam terowong tersebut. Rapat dan kemas penampalan dilakukan. Walaupun demikian, cukup lembut cara tindakannya itu hinggakan tidak langsung dirasai oleh Salmah.
Bila kepala pelir sudah kemas tersendal di situ, ranaplah segala daya pengawalan nafsu
bang kencingnya mula terasa kegelian yang amat sangat. Mulut lubang itu pun sudah terbuka luas. Kehadiran cecair yang mengalir deras, mula terasa di dalam pelirnya. Tekanan aliran itu pula amatlah kuat. Begitu cepat ianya memanjat ke hujung pelir. Mulut kepala pelir pun terngangalah seluas luas yang mungkin. Muntahan cecair nafsu sudah di ambang ketibaan.
Maka berceret ceretlah terbitnya pancutan air mani pak saudara Salmah. Ia terus merentas masuk ke hujung lubang pantat. Sebahagian besar cecair berkenaan terkumpul di dasar terowong itu. Pundi air mani si pacik telah menghasilkan kuasa semburan yang amat tinggi. Begitu deras simbahan arus arus cecair benih tersebut. Tak kurang dari tujuh ledakan padu telah dicetuskan oleh pelir tua itu. Tahap kelikatan dan quantiti pada setiap semburan adalah sangat tinggi. Kesemua limpahan cecair bunting itu bersarang tepat ke pintu rahim Salmah.
Beberapa das pancutan kecil juga diterbitkan. Tidaklah selikat dan sebanyak yang awal tadi. Namun ianya juga turut sama tersemai di dasar telaga bunting Salmah. Pelir itu terus diperah lagi. Cetusan cetusan kecil masih juga meleleh keluar. Perahan demi perahan dilakukan hinggalah ke titisannya yang terakhir. Namun setiap titisan tersebut dipastikan agar tersalir masuk ke dalam lubang pantat Salmah. Ianya tak rela dibazir walau setitik sekali pun.
Hinggapan lembut si kepala pelir itu tadi tidak sedikit pun Salmah sedari. Begitu juga dengan pemancutan air mani tersebut. Saluran lubang pantat Salmah terbentuk agak melengkung ke belakang. Ketika itu, paras di hujung terowong adalah lebih rendah daripada pangkalnya. Maka titisan air mani pun dengan sendirinya telah tersalir masuk ke hujung lubang pantat. Di situlah tempat persarangan cecair zuriat si pacik.
Pada ketika itu pak saudara Salmah berasa amat lega. Pundi air maninya sudah kering kontang. Kesemua takungan air mani telah pun dikencingkan ke dalam pantat Salmah. Itulah lancapan yang paling puas pernah dialaminya. Cukup lega dia dengan kejayaan tersebut. Perlahan lahan dibukakan semula pintu terowong pantat Salmah. Amat cermat dia melepaskan sendalan kepala pelirnya itu. Akhirnya pintu lubang pantat ternganngalah semula.
Pak saudara Salmah meninjau pandangan ke dalam terowong itu. Keadaan pada dinding terowong diperteliti. Ianya nampak agak lembap dan melengas. Namun tiada pula terdapat setitik pun kesan air mani yang serba memutih. Selain dari sedikit kesan lembap dan melengas, keadaan terowong itu nampaknya cukup bersih. Ia seolah olah tiada apa pun yang telah berlaku. Dia mula tertanya tanya ke manakah pergi sebegitu banyak semburan air maninya tadi ?
Tiba tiba si tua itu mengorak senyum. Persoalan tadi sudah pun terjawab. Dia tahu air maninya tidak hilang sebegitu saja. Ia masih tersimpan di dalam perut Salmah. Tempat terkumpulnya takungan tersebut mungkin agak jauh ke dalam dan tersorok sikit. Dia juga yakin bahawa di dalam perut Salmah sudah ada sebuah kolam. Penuh terisi di situ ialah cecair benih yang pekat lagi melengas. Kesemua lendiran tersebut telah selamat bertasik di suatu tapak semaian yang cukup subur.
Puas hati si tua..dapat rasa ladang subur yang muda dan masih belum diteroka Itu namanya rezeki !!
639 notes · View notes
kurniawangunadi · 7 months ago
Text
Kebutuhan Saat Dewasa
Menjalani kehidupan setelah lewat usia 30 rasanya lebih sepi. Nggak tahu si, apa karena setiap orang yang seumur juga lagi pada fokus sama keperluan hidupnya sendiri. Menjalani peran-peran orang dewasa yang dulu kukira sangat menyenangkan sewaktu kecil, ternyata sesepi ini.
Di tempat kerja memang bertemu banyak orang, tapi sepulangnya ya tetap rasanya berjuang sendiri. Orang lain mungkin tahu cerita hidup kita, tapi belum tentu mereka akan memikirkan setelahnya. Ya lagi-lagi, kita perlu menyelesaikannya sendiri.
Orang lain datang sewaktu membutuhkan bantuan kita, sudah terasa wajar. Karena kita pun mungkin demikian. Menjadi orang dewasa yang memiliki banyak hubungan transaksional, tidak ada salahnya. Justru malah lebih sedikit berurusan panjang dengan orang lain malah lebih tenang. Selesai urusan, selesai. Beres.
Beberapa kesempatan yang kemudian berlalu karena kita masih harus menyelesaikan peran dan tanggungjawab lain juga sudah bukan hal baru lagi. Sudah biasa terjadi. Bahkan mungkin beberapa kali harus merelakan peluang karena takut pun sudah bukan lagi sesuatu yang terlalu membebani pikiran. Memang demikian kadar keberanian kita untuk berhadapan sama risiko.
Nggak apa-apa. Menjalani kehidupan dewasa yang penuh dengan pertanyaan ini saja sudah cukup membuat kita kesepian. Jangan ditambah dengan harapan, apalagi berharap kepada manusia. Pasti kecewa.
Tidak ingin menebak-nebak masa depan, tapi khawatir.
Tidak ingin mengungkit-ungkit masa lalu, tapi terbayang-bayang.
Betapa bahagianya menjadi anak kecil. Tapi rasa-rasanya, baru beberapa hari yang lalu kita menjadi anak kecil, sekarang tiba-tiba harus di usia ini, dengan kita yang mungkin merasa belum siap atas segala tanggungjawab.
Tapi tidak ada yang bisa menghentikan waktu. Kita hanya perlu menghentikan pikiran yang liar saat sendirian.
278 notes · View notes
herricahyadi · 22 days ago
Text
PEREMPUAN SELALU JADI KORBAN
Saya mau cerita sedikit ya ke kalian. Sesuatu yang akhirnya membuka mata saya bahwa dunia memang sekejam itu. Ini masih sambungan dari pertanyaan soal dating app.
Kalau ada yang bertanya apakah saya pakai dating app? Ya, betul. Awalnya cuma iseng karena penasaran ingin tahu. Juga, dulu pernah diledeki sama teman-teman PPI Amerop waktu mereka lagi bahas Tinder, saya tidak tahu apa itu. Dan mereka menjelaskanlah ini-itu, saya masih tetap tidak tahu. Waktu berlalu dan saya tidak peduli dengan aplikasi macam begituan. Hingga sampailah ke Covid kemarin yang mana kita semua tahu bahwa kegabutan adalah konsumsi semua orang. Di situlah mulai iseng install dan ternyata seru juga. Saya pakai Bumble, by the way.
Seru karena ternyata bisa bertemu dengan banyak orang yang unik-unik; bisa mengevaluasi cara kita berkomunikasi; dan bisa dapat cerita drama yang akan saya ceritakan di sini. Sampai ada yang cerita panjang lebar lewat suara, meski kita tidak tahu dan tidak pernah ketemu juga. Ada yang menangis, marah, sampai menceritakan dosa dan kebodohan-kebodohan masa lalu. Ada yang dengan entengnya bilang aktif berhubungan seksual dengan pacar, padahal berjilbab rapi. Ada yang sampai menawarkan dirinya sendiri untuk dipakai. Pernah juga ketemu dengan seorang hafizah yang dibuatkan profil sama temannya. Ah, lucu dan seru. Tapi lain kali saya cerita yang unik-unik itu. Saya cerita sisi gelapnya dulu soal perselingkuhan.
Jadi, begini. Di situ, saya bertemu banyak sekali divorcee. Dari yang masih muda usia 22 tapi sudah pisah dengan satu orang anak, sampai yang usia 28 dengan tiga orang anak masih kecil-kecil. Ada yang bahkan pisah saat masih hamil. Kira-kira, dari 10 orang pisah, 9 karena perselingkuhan dan 1 karena narkoba. 9 yang selingkuh ini macam-macam jenisnya, ada yang main gila, ada yang memang sudah penyakit, ada yang menikah karena buat menutupi kelainan seksual, ada yang menikah dengan orang lain karena tidak direstui orang tuanya tapi mereka masih tetap berhubungan (bahkan sudah seperti suami istri). Dari semuanya yang menjadi korban adalah perempuan. Ada yang bahkan sampai tiga kali sujud-sujud ke istrinya karena ketahuan selingkuh tiga kali pula. Tahu pas kapan? Saat mereka ada di RS menunggu istrinya lahiran. Saat itu, suaminya ikut jaga dan kebetulan HP suaminya ditinggal di meja. Istrinya tidak sengaja melihat ada chat sayang-sayangan. Di situlah terbongkar ternyata suaminya selingkuh dengan mantannya. Bayangkan, kejadian ini berulang sampai tiga kali dan baru saat di anak yang ketiga si perempuan sudah tidak bisa memaafkan. Ada juga yang menikah tapi tidak pernah disentuh sama suaminya. Sampai-sampai si perempuan pakai pakaian yang begitulah, tapi tetap suaminya tidak menyentuh. Hingga setelah lama baru mau, tapi setengah hati. Baru setelah memuncak konfliknya ketahuanlah ternyata dia boti.
Gila. Stress saya mendengarkan kisah-kisah ini. Awalnya saat mendengar cerita seperti ini, saya selalu mencoba untuk berada di tengah, sebab saya hanya mendengar dari satu sisi. Bisa jadi ada kejadian yang tidak diceritakan. Tapi, dari semua pola yang ada: jelas yang paling terdampak adalah perempuannya. Semua sudah punya anak, anak-anaknya ikut dengan ibunya. Kebanyakan laki-lakinya bahkan tidak bertanggung jawab (tidak memberikan nafkah sama sekali untuk anaknya). Bayangkan, perempuan sudah diselingkuhi, merawat anak sendiri, bekerja dan cari nafkah sendiri, lalu masih lagi harus menyandang gelar “divorcee”. Saya sampai speechless mendengar kisah-kisah mereka. Di situ saya percaya bahwa mereka tidak mengada-ada.
Dari situ saya ambil kesimpulan bahwa di segala perceraian perempuan selalu menjadi korban yang paling besar. SELALU. Cerita di atas belum termasuk dari beberapa orang yang saya kenal dan mengalami nasib yang sama. Polanya sama: diselingkuhi, ditinggal pergi, anak-anak tidak diacuhi. Ini benar-benar membuka pikiran saya bahwa ternyata sekejam itu dunia di luar sana. Jujur, saya berasal dari lingkungan Tarbiyah yang mayoritasnya keluarga mereka baik-baik saja, tidak ada keributan, apalagi perselingkuhan. Setidaknya itu yang saya temukan dalam sirkel saya pribadi. Begitu sederhana tapi sempurna. Kalaupun ada yang cacat itu bisa dihitung dengan jari. Semenjak kenal dengan orang-orang baru, dari aplikasi itu, saya bisa sedikit melihat pada dunia yang lebih luas. Dunia yang ternyata: ada lho yang begitu. Astaghfirullah. Kalian pernah tidak sampai rasanya ulu hati sakit karena mendengar atau melihat sesuatu yang di luar ekspektasi? Saya merasa benar-benar masuk ke dalam hutan belantara.
Entahlah, apa hikmah yang bisa kalian ambil dari sedikit pengalaman yang saya bagi di sini. Yang jelas, ini bukan soal aplikasi. Ini soal dunia kelam yang, maaf sekali untuk kalian para perempuan, telah sering menjadi korban. Saya tidak menduga dunia sekejam itu. Berhati-hatilah ketika memilih pasangan. Jangan pernah terbuai dengan kecantikan, ketampanan, harta, atau hal-hal yang tidak membawa kalian ke kedamaian hati. Pilih pasangan yang benar-benar takut pada Tuhan yang bisa dilihat dari gesturnya, bukan sekadar tulisan atau persona yang dibangun di sosial media. Berdoalah untuk diberikan pasangan yang sama-sama mau ke surga. Dan, senantiasa perbaiki diri agar dipertemukan dengan orang yang sekufu dengan kita. Sekian.
67 notes · View notes
taufikaulia · 11 months ago
Text
Jadi Orang Tua Itu Harus Komit Sama Prioritas Pengasuhan dan Jangan Gampang Nyerah
Jadi orang tua itu harus bisa nerima realita bahwa jadi orang tua itu pasti capek.
Prioritas dalam mengasuh seorang anak itu harus menyeluruh. Gak bisa cuma fokus di salah satu aspek kayak cuma yang penting menyediakan makanan, pakaian, dan sekolah yang baik, tapi abai dengan aspek-aspek lain kayak disiplin jam tidur dan pola hidup anak di dalam rumah.
Prioritas orang tua dalam membesarkan anak itu harus seimbang dalam semua aspeknya. Kalau cuma beberapa aspek saja yang jadi prioritas kita, kasihan si anak nanti karena si anak itu butuh SEMUANYA, bukan cuma butuh pakaian saja, makanan saja, atau sekolah saja.
Semua aspek hidup anak kita harus diperhatikan. Jam tidurnya, jam bangunnya, jam makannya, jam mainnya, jam belajarnya, jam ibadahnya, juga kapan dia harus disapih—jika anaknya di umur 2 tahun, orang tua harus punya komitmen di sini. Gak bisa asal jalan saja dan terus nyerah kalau anaknya ‘susah’ diarahkan.
Misal, kalau dari awal jam tidurnya gak disiplin, ke depan ya bakal susah buat bikin anak punya jam tidur yang disiplin, tidur lebih awal, dan bangun lebih pagi. Saat anak sudah terbiasa tidur larut malam, orang tua yang baik harusnya ‘alarm’-nya nyala kalau ini tuh gak baik, gak baik buat pertumbuhannya dan gak baik buat habitnya karena pagi-pagi harus dibiasakan shalat subuh dan persiapan sekolah. Morning person itu dibentuk dari kecil.
Orang tua harus mengerti bahwa yang namanya mengubah kebiasaan buruk ya dengan membangun kebiasaan baru yang baik. Gak instan. Pelan-pelan tapi kontinyu. Misal buat memperbaiki jam tidur anak jadi lebih awal, ya orang tuanya harus konsisten setiap hari mempersiapkan anak agar tidur lebih cepat. Mulai dari sikat gigi anak, ganti pampers, sampai waktu skin care-an orang tua ya juga harus lebih cepat. Kalau orang tuanya gak disiplin, mau ngandelin siapa lagi? Anaknya kan belum bisa mengurus dirinya sendiri.
Masih soal contoh memperbaiki jam tidur anak, di malam pertama anak masih susah tidurnya, orang tua nunggu lama sekali sampai anak tertidur. Ya jangan nyerah. Hari kedua coba lagi. Ketiga coba lagi. Keempat coba lagi. Sampai jam tidurnya bener. Kalau nyerah sekali saja, ya gak akan bener tuh jam tidurnya.
Soal menyapih juga sama. Anak tuh kalau gak dikasih nyusu sama ibunya pasti nangis ngerengek minta nyusu. Kalau gak disetop ya bakal gitu terus. Nah ada orang yang mudah menyerah, bukannya gak tega, tapi gak tahan ngadepin anak rewel. Alhasil dikasihlah terus anaknya nyusu. Gagal terus menyapihnya.
Lihat apa penyebabnya? Orang tuanya gak komit dan gampang nyerah.
Kalau di dua contoh ini saja orang tua gagal membangun habit anaknya, apa gunanya hal-hal lain yang diprioritaskan kayak makanan dan sekolah yang baik tadi? Jadi gak optimal.
Orang tua itu harus menyeluh prioritasnya. Ibu adalah madrasah pertama seorang anak, maka jadilah sekolah yang mengajarkan nilai, akhlak, adab, habit, pengetahuan dan pemahaman. Ayah juga sama. Saling melengkapi.
Baik ibu dan ayah jangan sampai absen dalam membesarkan anak di semua aspek tadi. Prioritasnya juga sama. Jangan cuma fokus ke beberapa aspek saja. Bagi tugas dan jangan buang-buang waktu di dalam rumah.
Orang tua yang bekerja pasti capek. Makanya atur prioritas dan komitmen di situ. Pulang kerja sampai rumah JANGAN LANGSUNG TIDURAN SAMBIL MAIN HAPE. Kerjakan dulu sesuai prioritas ini.
Segera bersih-bersih diri.
Tunaikan dulu ibadah wajib seperti shalat di awal waktu. Jangan di akhir.
Urus kebutuhan anak seperti makan dan tidur tepat waktu.
Kerjakan tugas-tugas pokok di dalam rumah.
Sediakan waktu untuk ngobrol, bermain, atau mengajari anak sesuatu.
Baru istirahat, tidur, atau main hape.
Sebenarnya tidak masalah jika kita orang tua menyempatkan istirahat atau membuka hape di sela-sela aktivitas 1-5, hanya saja harus sadar diri untuk punya batas seperti maksimal 5 menit saja rebahan sambil buka hape, jangan sampai kebablasan. Kalau molor, dampaknya ke anak kita.
Anak itu sejatinya menunggu orang tua akan ‘meng-apakan’ dirinya. Jadi ya jangan ditunda-tunda atau diabaikan anaknya.
Hal yang sifatnya kebutuhan pribadi orang tua seperti istirahat, entertain, atau skin care bisa dikerjakan setelah anak tidur dan tertunaikan haknya. Jangan kebalik, bahkan jika beralasan: kalau saya nidurin anak dulu nanti saya ikut ketiduran jadi gak bisa skin care-an.
Ya salah sendiri ketiduran. Sebenarnya bisa saja dikerjakan di sela-sela aktivitas tadi, tapi jangan lelet.
Yakin deh, kalau disiplin mengerjakan poin 1 sampai 6 di atas tanpa buang-buang waktu di sela-selanya, orang tua akan punya banyak waktu setelahnya (baca: setelah anak tertidur).
Yang jadi masalah itu kalau habit orang tuanya gak disiplin, pulang kerja sampe rumah langsung rebahan sambil main hape 30 menit, sholat maghrib sengaja diakhirkan biar wudhunya bisa sekalian buat sholat isya, di sela-sela semuanya terus buka hape scroll sosmed dan bales-bales WA, gak sempet tilawah apalagi ngajarin anak sesuatu. Problem utamanya: orang tua yang procrastination dan gak disiplin sama prioritas pengasuhan.
Jadi orang tua itu memang capek. Jangan cengeng dan gampang nyerah. Gak usah banyak alasan. Perkara prioritas pengasuhan ini bukan hal yang butuh uang banyak, cuma butuh kemauan aja.
@taufikaulia
265 notes · View notes
korekhussinn · 2 years ago
Text
Nama aku zain.. Aku dah lama minat dengan kakak kawan aku ni.. Nama kawan aku ni, Mail.. Kalau korang nak tau, kakak Mail ni cantik gile.. Kulit putih gebu, kulit licin.. Kulit muka dia tegang je.. Xde pun bintik2 jerawat.. Yang paling aku suke, potongan badan dia.. Perggggghhhh.. Slim n menghairahkan setiap lelaki yang memandang.. Payudara dia, besar, tegang, mantap, montok… ape lagi… bak kata orang sekali pandang, berdiri tegak adik dalam seluar tu.. Hehehe.. Bila aku datang rumah Mail ni, aku selalu curi2 pandang kakak dia.. Kakak dia ni plak, kalau kat rumah suka pakai seluar pendek yang ketat dengan baju t-shirt putih ketat sehingga macam nak terjojol kuar tetek dia yang besar tu.. Cuba korang bayangkan, kalau korang yang tengok?? Mesti stim kan?? Camtulah juga dengan aku.. Cam nak meletup rasa adik aku dalam seluar ni bila tengok kakak si Mail ni kat rumah..
Sejak dari itu, aku pasang keinginan nak cuba goda kakak Mail, sampai aku dapat jelajah seluruh tubuh dia yang mantap dan cantik tu..biasanya setiap hujung minggu, aku keluar dengan Mail lepak2 kat bandar seremban.. Entah macam mana satu ari tu, Mail ade hal pulak dengan makwe dia nak teman makwe pegi kolej makwe dia kat bangi.. So dia suruh aku tunggu kat rumah dia sebab dia hanya pergi kejab je.. Kebetulan, waktu tu pula, mak ayah Mail balik kampung kejab melawat atuk Mail yang tinggal sorang kat kampung.. Aku pun pergi lah ke rumah Mail sepertimana yang di janjikan.. Sampai je di rumah Mail, aku hanya tunggu diluar.. Maklumlah.. Rasa seganlah pulak nak masuk sebab Mail xde kat rumah.. Dalam lebih kurang setengah jam aku duduk di luar pagar rumah Mail, tiba-tiba, kakak Mail keluar buang sampah dengan seluar pendek ketat dan baju singlet putih.. Kakak Mail menegur aku dan memberitahu Mail xde kat rumah, dia pergi bangi.. Aku hanya mengangguk dan memberitahu Mail suruh aku datang tunggu di rumah.. Kakak Mail mengangguk..
Kakak menjemput aku masuk.. “kat luar panas.. Kat dalam boleh minum air”.. Kate kakak Mail sambil tersenyum.. Aku hanya pandang dia dan tersenyum.. Dalam pemikiran aku, kakak ni nak bagi aku air dia ke?? Hehehehe.. Aku tergelak kecil sambil berjalan masuk ke rumah Mail..sampai di dalam rumah, kakak Mail menjemput aku duduk dan minta aku tunggu sebentar, nanti dia hidangkan air.. Aku pun duduklah kat sofa.. Agak lama gak kakak Mail di dapur.. Aku rasa boring.. Aku terpandang satu buku di atas meja yang terbuka.. Aku ambil buku tu dan aku belek-belek buku tu.. Tajuk buku tu, permata yang hilang.. Aku selak-selak setiap muka surat buku tu sehinggalah aku terjumpa satu tajuk yang berkaitan dengan posisi seks.. Aku baca bab tu..
Tengah-tengah aku syok membaca buku tu, tiba-tiba kakak Mail datang tegur aku.. “ha.. Tu dah tegak dah tu, camne nak kendurkan tu??”.. Aku terperanjat dan terus tutup buku tu.. Aku pun x sedar batang aku tegak terpacak masa baca buku tu.. Kakak bawa air oren sejuk untuk aku.. Aku minta maaf kat kakak sebab baca buku tu tanpa minta izin.. Kakak ketawa.. Aku pun tersenyum pelik.. “napa kakak ketawa pulak??” Kakak masih ketawa.. Dia cakap, ” xkan baru baca buku dah tegak macam tiang?? Besar pulak tu.. Sampai timbul kat seluar..”.. Aku hanya diam dan tertunduk malu.. Tiba akak bersuara, “boleh akak tengok zain punya?? Akak tengok konek zain cam besar je.. Boleh x akak nak tengok?? ” aku terdiam x tau nak cakap ape..
Kakak Mail bangun duduk kat sebelah aku.. Aku terhidu wangian tubuh kakak Mail yang menggoda jiwa aku.. X pasal-pasal adik aku tegak semula dalam seluar.. Kakak tersenyum dan berkate,”eehh.. Baru duduk kat sebelah, dah tegak semula?? Belum pegang lagi ni.. ” aku terdiam x tau nak buat ape.. Kakak Mail tanpa segan silu maraba batang aku.. ” besar batang zain ni.. Mesti sedap ni..” Aku mengangguk dan tersenyum.. Kakak Mail menyuruh aku bangun berdiri di depannya.. Kakak Mail buka seluar aku dan melondehkannya kebawah.. Nah!! Terselahlah batang aku yang dah tegak terpacak kat depan kakak Mail sebab aku x gemar pakai spender.. Kakak Mail menggosok-menggosok batang aku sambil berkate, “besar juga batang zain ye.. Akak suka orang batang besar ni.. Akak nak hisab boleh x??”.. Aku hanya mengganguk tanda setuju..
Sape yang nak menolak kalau perempuan cantik nak hisab batang kite.. Betul x?? Hehehe.. Kakak Mail menghisab batang aku perlahan-lahan.. Perlahan-lahan kakak mengerakkan kepalanya kedepan ke belakang.. Mulut kakak Mail terasa panas.. Aku mengeliat kesedapan.. Sesekali dia menjilat kepala batang aku yang membesar seperti cendawan busut.. Yang paling aku rasa sedap bila kakak Mail menghisab buah zakar aku dan menjilat bawah buah zakar aku.. Perrrrgggg.. Sedap betul aku rasa.. Lama gak kakak Mail hisab batang aku.. Sampai lenguh lah aku berdiri.. Dah macam orang makan aiskrim pun ade aku tengok akak Mail hisap batang aku..
Kesedapan tu, x dapat aku nak bayang kan.. Makin lama, cara kak Mail hisab makin rakus.. Makin laju kepala dia bergerak menghisab batang aku.. Aku rasa semakin mengilu dan rasa seperti nak terpancut.. ” kak, saya dah nak terkeluar ni”.. Akak seperti x menghiraukan kate2 aku, sebaliknya dia makin melajukan pergerakkan kepalanya menghisab batang aku.. Aku dah x tertahan.. Aku lepaskan juga air mani aku dalam mulut kakak Mail.. Kakak Mail menelan kesemua air mani aku.. Macam nak jatuh terduduk aku rasa.. Rasa puas gile.. Kakak tersenyum melihat aku..” Puas x dah pancut??”.. Aku senyum mengangguk.. Kakak memberitahu aku, batang aku besar, panjang, kuat dan tahan lama.. X macam batang pakwe dia.. Kecik, pendek dan cepat pancut.. Baru hisab xsampai 5 minit, dah pancut.. Aku tersenyum bangga..
Aku duduk melutut depan kakak Mail.. Perlahan-lahan, aku cuba meraba tetek kakak Mail yang besar, montok dan mantap yang membonjol di sebalik baju tanpa memakai bra.. Kakak Mail hanya diam dan tersenyum melihat gelagat aku.. Aku ramas perlahan-lahan tetek kakak Mail.. Sekejab je batang aku dah tegak semula.. Dengan lembut kakak memegang batang aku dan menggosoknya pelahan-lahan.. Aku cuba menbuka baju kakak Mail.. Perrggg.. Macam buah betik muda.. Besar, tegang, mantap dan montok.. Aku ramas-ramas tetek kakak Mail..
Tumblr media
Aku tengok puting dia dan semakin menegang keras.. Kakak Mail menolak kepala aku ke teteknya.. Aku jilat keliling tetek dia kiri dan kanan.. Selepas itu, aku baringkan kakak di atas sofa.. Aku hisab tetek kakak Mail dengan rakus.. Aku gigit-gigit puting dia.. “”aaarrrrggggghhhhh!!!”” kakak Mail terjerit kecil.. Aku bangun dan menanggalkan seluar pendek ketat kakak Mail.. Rupa-rupanya kakak Mail pun x pakai sperder.. Kakak Mail dah terlanjang bulat di depan aku.. Sekujur tubuh yang seksi, gebu dan cantik yang aku idam-idamkan selamani dah ade di depan aku.. Aku membuka baju aku.. Dengan perlahan-lahan aku menindih kakak Mail dan mencium mulutnya.. Kakak Mail menyambut ciuman aku dengan lemah lembut..
Kami bermain lidah.. Aku menghisab lidah dan bibir kakak Mail.. Dari bibir, aku tukar mencium pipinya dan terus turun mencium leher kakak Mail.. Aku gigit dan cuba hisab-hisab di leher kakak.. Tiba-tiba kakak bersuara, ” zain.. Jangan buat love bit.. Nanti kantoi pulak..” Aku hanya diam dan terus menjilat leher kakak.. Aku turun mencium dada dan terus menghisab tetek kakak.. Aku hisab dan gigit-gigit tetek kakak puas2.. Merah2 lah sekeliling tetek dia.. Dah puas hisab tetek kakak Mail, aku jilat perut dia dan terus turun ke celah kelengkang dia.. Kakak membuka luas-luas kelengkangnya.. Aku cuba gentel-gentel biji kakak.. “aaaarrrggghhhh.. Sedap zain..”” aku tersenyum.. Aku turunkan muka aku ke pantat kakak dan terus menjilat puas-puas.. Akak mengerang kesedapan.. Aku masukkan jari aku dalam lubang pantat kakak Mail dan menggosok-gosok sambil mencari g-spot dia.. Cara ni sebenarnya aku terbaca dalam buku tadi.. Hehehe.. Sambil-sambil tu, aku menghisab dan menjilat biji dia.. aaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrggggggggggghhhhhhhhhhhh!!!!! Sedapnya zain.. Sedap sangat.. Aarrrgghhh… aarrgghhh… ” akak mengerang kesedapan.. Aku pun ape lagi, makin rakuslah menghisab biji dia dan menjolok-jolokkan jari aku dalam pantat dia.. Akak menjerit semakin kuat..”Aaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrgggggggggggghhhhhhhhhhhhhhh!!!!… aaaaaaarrrrrrrrgggggggggghhhhhhhhhh!!!!!……” akak meramas2 kepala aku sampai aku rasa cam nak tercabut je kulit kepala aku.. Aku x hiraukan jeritan kak Mail.. Aku jilat puas-puas sambil jari aku masih lagi menjolok pantat dia.. Aku dapat rasakan nafas kakak Mail makin laju dan makin kencang.. “zain.. Akak x tahan dah ni.. Akak x boleh tahan.. Rasa nak terkeluar ni..” Aku maikn rakus menjilat biji dia.. Tiba-tiba akak menjerit..”Aaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrgggggggghhhhhhh!!”.. Terpancut kuar air kepuasan dia.. Macam air pancut.. First time aku tengok.. Basah muka aku.. Aku tersenyum tengok kakak.. Matanya kuyu.. Dia terkulai kepuasan.. Tapi batang aku masih tegak..
Aku kangkangkan lagi kakak, perlahan-lahan aku masukkan batang aku dalam pantat kakak Mail.. “aaarrrrrgggghhhh!!!.. Sakit zain.. Besar sangat ko punya.. Perlahan-lahan zain..”.. Aku tersenyum.. Aku tolak perlahan-lahan batang aku masuk sedikit demi sedikit kedalam lubang faraj kakak Mail.. Ketat gile.. Macam orang x pernah buat.. Bila dah masuk setengah batang aku, aku terus tujah kuat masukkan habis batang aku dalam faraj yang sempit tu.. “aaaarrrrrggggghhhhh!!!… akak menjerit kesakitan.. Aku releks dulu sambil mencium mulut dan leher kakak Mail.. Nafas kakak Mail dah mula turun naik..”Cepatlah zain.. Enjutlah.. Akak x sabar nak rasa kehebatan batang zain..”.. Aku tersenyum..
Aku goyang perlahan-lahan bontot aku.. “aaarrrrrgggghhhh.. Sedap zain.. Batang zain memang sedap.. Lagi zain.. Laju lagi zain..”.. Aku pun malajukan dayungan aku sambil mencium leher dan mulut kakak.. “aaarrrrrgggghhh… aaaarrrrggghhh… aaaarrrgggghhhh.. Sedapnya zain.. Akak x tahan.. Akak x kuat zain.. Nak terkuar lagi ni… aaaaaaaarrrrrrrgggghhhh!!!!.. Akak klimak sekali lagi.. Aku masih teruskan dayungan aku.. Bila rasa penat, aku bangunkan kakak dalam posisi duduk di atas riba aku.. Dengan cara ni, akak mengerang lebih kuat.. Aku hisab tetek kakak sambil aku membantu dia mengenjutkan punggungnya..
“aaaaarrrrrgggghhh.. Aaarrrggghhhh… aaarrrgggghhhh.. Sedap zain.. Sedapnya batang zain.. ” aku goyangkan laju2 pungung aku dan punggung akak.. Akak mengerang semakin kuat.. Aaaaarrrrgggghhhh… lagi zain.. Lagi… laju lagi…” .. Mendengar kate2 tu, aku terus membaringkan semula kakak dan menggoyangkan laju-laju punggung aku.. Akak menjerit kuat.. “aaaaaarrrrgggghhhh… sedapnya zain.., pancut dalam ye zain.. Jangan tarik kuar..”.. Akak cam tau je aku dah rasa cam nak terpancut.. Aku lajukan lagi dayungan aku.. Akak menjerit lagi.. “zzzzaaaaaiiinnnn!!!Akak nak kuar lagi.. Laju lagi zain..”” aku pun menjawab.. ” saya pun rasa nak pancut kak..”..”Pancut dalam zain.. Akak dah nak terkuar ni.. Aaarrrrrhhhgggggg!!!..” Akak klimaks sekali lagi.. Xlama lepas tu pun aku klimaks.. Banyak gak air mani aku tumpah dalam pantat kakak Mail.. Aku jatuh terlentok atas dada kakak.. “terima kasih ye zain.. Kakak puas sangat..
Batang zain besar, panjang, kuat.. Memang best.. Akak puas.. X pernah rasa puas camni masa main dengan pakwe akak.. Nanti ade masa kita main lagi.. K.. Jom bangun mandi sebelum Mail balik.. Kami mandi sama.. Masa mandi, aku hisab puas-puas tetek kakak..
Tumblr media
Setengah jam selepas kami siap mandi, Mail pun sampai kat rumah.. Ade juga Mail tegur, “napa basah sofa ni kak??”.. Aku jawab, ” aku tertumpahkan air tadi.. Nak ambik majalah bawah meja, tersinggul jag air.. Tertumpah kene kat atas sofa..”.. Mail menganguk dan tersenyum.. Aku dan kakak hanya tersenyum.. Sejak dari itu, aku selalu juga jumpa kakak di hotel tempat kakak bekerja.. Orang check out, aku n kakak pula tukang sambung checkin free.. Hehehehehe… kalau korang nak tau, sekarang kakak tu dah jadi isteri aku.. So hari2 lah aku dapat tubuh dia.. Pagi petang siang dan malam.. Hehehehe…
827 notes · View notes
gintamathe2nd · 1 month ago
Text
Leman 6/7
Minggu yang mendatang sangat sibuk bagiku. Beberapa hari aku balik lewat untuk menyiapkan kertas kerja dan memastikan semua persiapan berjalan dengan lancar untuk Kem Cemerlang SPM itu. Terima kasih kepada sponsor, kami telah diberikan dewan hotel 4 bintang di Cameron Highland untuk mengadakan kem cemerlang ini bersama dengan cukup bilik untuk semua pelajar yang berjumlah di dalam 60 orang itu.
Bagi para guru, kami diberikan sebuah bilik untuk dikongsi dua orang. Aku dan Ustazah Hani sepatutnya berkongsi bilik. Tetapi oleh kerana rumah ibu mertua ustazah Hani kebetulan sangat berdekatan dengan hotel, Ustazah Hani mengambil keputusan untuk berulang alik sahaja.
Hari pertama dan kedua Kem Cemerlang itu berlalu seperti biasa, oleh kerana aku perlu menguruskan penceramah jemputan, aku sedikit sibuk sehingga mereka pulang. Dan aku hanya dapat melihat Leman dari jauh. Entah mengapa, kalau dikira pangkat, umurku yang 24 tahun ini merupakan kakak kepada Leman yang berada di Tingkatan 5.
Tetapi...
Aku menarik nafas dalam.
Setelah memastikan dewan yang digunakan itu kemas dan sedia untuk digunakan esok, untuk hari terakhir, aku melangkah keluar dari dewan. Mataku mencari Leman kerana pelajar pelajar sendiri yang membantu untuk mengemas tadi. Mungkin Leman telah pulang ke bilik? Atau lepak bersama rakannya?
Aku menggigit bibir bawah, terasa bersalah kerana mempunyai perasaan begini terhadap Leman. Ya, pantatku berdenyut perlahan meminta lagi apa yang dilakukan dengan Leman minggu lepas, namun bukan hanya pantatku yang berdenyut, aku juga mencintai pelajarku itu. Aku menggeleng kepalaku cuba mengeluarkan Leman dari kepalaku sebelum aku menuju ke bilikku. 3
Sejam kemudian, aku keluar dari bilik air hotel itu lalu aku mengelap tubuhku kering. Baru sahaja aku mencapai Tshirtku, Iphone6 ku bervibrate. Perlahan aku mengambilnya dan melihat nama si penghantar mesej.
Leman
Ustazah dah tidur?
Aku menggigit bibir bawahku perlahan membalas.
Belum, kenapa Leman?
Tak lama, Leman membalas kembali.
Urm... Nak minta ustazah tolong...? Harini kan sepatutnya hari kaunseling... Saya dah buat apa yang ustazah minta... Tak tengok cerita lucah... Tak onani...
Aku membaca mesejnya itu lalu aku letakkan Iphone6ku kembali. Wajahku bertukar merah.
"Dayana... Dayana... Macam mana ni...?" Aku menarik nafas dalam bercakap sendiri. Walaupun kepalaku cuba berfikir apa yang patut aku lakukan, namun dalam hatiku aku tahu apa yang aku mahukan. Iphone6 ku itu aku capai kembali.
403. Datang dalam lagi satu jam. Mesej ustazah bila kamu dah sampai level 4.
Aku tidak menunggu jawapan Leman lalu aku letakkan Iphone6 ku itu ke atas katil. Perlahan aku menarik luggage kecilku dan aku gali pakaikan yang paling bawah. Yang telah aku sediakan jika perkara ini akan terjadi. Di dalam hatiku aku berasa malu, kerana mengharapkan perkara ini akan berlaku.
Dayana... Apa dah jadi dengan aku ni?
*******************
Aku memeriksa diriku sekali di hadapan cermin. Tudung labuhku seperti biasa, menutup hampir ke paras pinggang. Di bawah, aku memakai jubah hitam kosong biasa berbatukan manik manik kecil biru daripada dada hingga ke pinggang, kebanyakannya terlindung oleh tudung labuhku, manakala di tangan jubah itu juga terdapat manik manik biru yang membentuk corak ombak kecil.
Aku menggigit bibir bawah, entah mengapa. Aku memakai make up nipis seperti yang aku biasa pakai ke kelas, bersama lipstik merah jambu lembut yang kena dengan kulit wajahku yang cerah itu.
Tiba tiba, Iphone ku bervibrate.
Ustazah, saya dekat depan lif.
Aku perlahan melangkah ke pintu dan membuka pintu sedikit.
Dah, masuk je. Jangan ketuk.
Aku tidak mahu kalau jiran jiran bilikku mendengar ada orang datang ke bilikku. Aku menarik nafas dalam. Tak lama, aku mendengar langkah dari luar, pintu ditolak lalu Leman masuk ke dalam. Wajahku bertukar merah dan aku dapat menghidu bau wangi sabun dari Leman. Mesti dia pun baru lepas mandi, fikirku.
Aku perlahan menutup pintu bilik hotel itu rapat.
"A... Assalamualaikum ustazah..." tegur Leman memberi salam.
"Walaikumsalam Leman... Urm... Masuklah..." kataku, mempelawanya masuk ke ruang bilik tidur yang mempunyai katil queen size itu. Leman perlahan mengambil duduk di bucu katil sebelum aku menyertainya di sebelah.
"Jadi... Macam mana kem cemerlang ni? Leman rasa okay tak?" soalku. Leman mengangguk.
"Okay... Semua penceramah best best... Faham..."jawab Leman. Aku mengangguk.
"Baguslah... Urm... Betul ke kamu tak onani atau... Tengok video lucah minggu ni?" Soalku kepada Leman. Leman mengangguk.
"Betul ustazah... Apa yang ustazah buat minggu lepas, buat saya rasa nak lagi... Urm... Dan saya sanggup tinggalkan benda benda tu demi ustazah..." jawabnya.
Wajahku bertukar merah mendengar ayatnya itu. Aku menggigit bibir bawah. Melihat bonjol seluarnya yang sudah mengeras itu. Aku senyum nakal sedikit sebelum aku perlahan turun melutut ke celah kakinya. Biasanya Leman yang akan mengeluarkan batangnya, namun hari ini aku ingin melakukan untukknya.
Perlahan tanganku mencapai tali pinggangnya, aku buka. Kemudian aku buka kancing seluarnya itu lalu aku tarik zipnya ke bawah. Leman melihat sahaja perlakuan ustazahnya itu. Selepas itu, perlahan aku menarik seluarnya ke bawah hingga ke buku lali, meninggalkan bonjol Leman tadi hanya bertutupkan boxer kecilnya.
Aku menggigit bibir bawah sebelum tanganku menarik turun boxernya itu juga, mendedahkan batang Leman yang keras padat itu untuk tatapan mataku.
"Urm... Keras sejak bila ni Leman...?" soalku. Wajah Leman bertukar merah sedikit.
"Er... Sejak... Sejak on the way tadi, ustazah..." jawab Leman. Aku menggigit bibir bawah perlahan sebelum aku mencapai batangnya, lalu aku urut ke atas dan ke bawah perlahan, merasakan batang panas beruratnya di dalam tanganku.
"Ummphh... Ustazah...." Erang Leman. Kemudian perlahan aku turunkan wajahku, sebelum bibirku yang lembut ini mengucup kepala batang Leman. Aku kucup kepala batangnya, kemudian aku turunkan bibirku ke tepi, mengucup urat urat Leman yang timbul, sambil aku terus mengurut batangnya ke atas dan ke bawah.
Kemudian, perlahan, aku masukkan batangnya ke dalam mulutku, aku hisap perlahan. Lidahku mula menjilat jilat batang keras Leman di dalam mulutku itu, sedang mata bulatku melihat ke atas ke wajah Leman yang seolah masih tidak percaya, yang ustazahnya yang bertudung labuh melutut di bawah dengan batangnya di dalam mulutku.
Aku mula menggerakkan kepalaku ke atas dan ke bawah, memasukkan dan mengeluarkan batang Leman dari mulutku berulang kali, memberinya nikmat kesedapan dari mulutku dan lidahku. Sambil aku terus mengurut dasar batangnya yang berurat keras timbul itu.
"Ahhh... Ustazah Dayana..." Leman mengerang kesedapan. Aku mahukan dia lebih sedap daripada ini. Perlahan aku tarik batangnya keluar. Aku jilat sedikit dari dasar batangnya terus ke kepalanya. Sambil aku urut batangnya ke atas dan ke bawah. Aku suka melihat Leman bernafsu begitu. Mengapa? Jujur aku tidak tahu.
Aku senyum nakal sebelum aku memasukkan tanganku ke bawah tudung labuhku itu. Hari ini, sengaja aku pilih jubah yang zipnya dari atas dada sehingga tengah dadaku. Aku tarik turun lalu aku keluarkan kedua dua buah dadaku, masih terlindung di bawah tudung labuhku. Aku menggigit bibir bawah sebelum aku menundukkan tubuhku, lalu aku masukkan batang keras Leman itu ke bawah tudung labuhku itu.
"Ummphh... Ustazah..." erang Leman. Tahu apa yang akan mendatang. Aku perlahan kepitkan batangnya ke celah buah dadaku. Aku ramas buah dadaku perlahan di bawah tudung, sebelum aku mula menggerakkan batangku ke atas dan ke bawah, sambil aku senyum nakal kepada pelajarku Leman itu.
"Um... Leman suka macam ni...? Leman suka bila ustazah kepit batang keras Leman macam ni...?" soalku manja. Leman mengangguk.
"Ahhh... suka sangat ustazah... Ummphhh... Sedapnya ustazah..." Erangnya kesedapan. Aku menggigit bibir bawah sambil aku melajukan dayungan ke atas dan ke bawah. Buah dadaku aku kepit semahunya dan sekali sekala sengaja aku gomol gomolkan buah dada gebu montokku itu ke batangnya, memberi erang lebih daripada Leman.
Leman menggenggam cadar katil erat, menahan sedap, dan aku dapat rasakan batangnya berdenyut panas di celah buah dadaku yang bulat itu. Nafasnya dan nafasku semakin laju. Aku melajukan lagi dayugan buah dadaku itu ke atas dan ke bawah, sambil jemariku meramas ramas buah dadaku itu.
"Ummphh... Ustazah..." Leman mengerang penuh berahi.
"Ummm.... Ustazah... S.... Saya nak... Saya nak gesel dekat punggung ustazah pulak... Urm... Boleh?" Soalnya perlahan. Mataku membulat sedikit sebelum wajahku bertukar merah mendengarnya. Aku senyum nakal sedikit sebelum mengangguk.
"Boleh, Leman... Awak nak buat macam mana?" soalku manja sambil aku meneruskan menggeselkan buah dadaku ke batang keras Leman itu.
"Urm... Ustazah berdiri..." Katanya. Aku mengangguk sebelum aku mendayung sedikit lagi. Lalu aku menarik batang Leman keluar dari tudung labuhku itu sebelum menolak diriku berdiri. Terasa jubahku yang longgar kerana zip yang aku buka tadi seolah ingin terlucut, lalu aku zip semula. Leman perlahan bangun sebelum tangannya memegang pinggangku. Mata kami bertemu. Aku senyum malu.
Perlahan, Leman memusingkan tubuhku yang kini menghadap meja kecil hotel itu. Aku sengaja menonggek sedikit, mengeluarkan punggungku untuk pelajarku itu. Leman kemudian tidak menunggu lama, sebelum meletakkan batang kerasnya ke celah daging punggungku yang berlapik jubahku itu. Namun aku dapat rasakan kerasnya dan padatnya batangnya itu di celah daging punggungku.
"Ahhh... ustazah..." Leman mengerang perlahan. Dia mula mendayung, menggeselkan batangnya ke atas dan ke bawah, membenamkan batangnya ke celah daging punggungku itu. Dan perlahan, tangan Leman mula naik dari pinggang, ke buah dadaku di luar jubahku itu. Diramas perlahan buah dadaku yang montok bulat itu, sambil menggeselkan batangnya ke buah dadaku.
"Ummmphh... Leman..." Aku mengerang perlahan. Terasa sedap diramas dan digesel begitu. Aku melihat refleksi ku di cermin, dan aku dapat melihat bentuk tangan Leman yang meramas ramas buah dadaku di bawah tudung labuhku itu. Membuatkan aku semakin bernafsu.
Aku dapat rasakan batang keras Leman digesel semakin kuat dan laju di celah punggungku itu, dan aku mula dapat merasakan nafas Leman di leherku, walaupun leherku masih bertutupkan tudung labuhku. Eranganku dan Leman juga semakin kuat dan laju, dan kami tahu kami berdua mahukan lebih.
Mata kami bertemu di cermin. Dan perlahan, tangan Leman turun dari buah dadaku ke pehaku, perlahan, Leman menarik jubahku ke atas. Seinci demi seinci, jubahku terangkat, mendedahkan kakiku. Dan aku dapat melihat mata Leman membulat sedikit melihat aku tidak memakai apa apa untuk menutup kakiku kali ini.
Tangan Leman masih perlahan menarik jubahku ke atas, sehinggalah jubahku diangkat melepasi punggungku yang bulat dan bogel itu untuknya, sementara bahagian depanku masih menutup celah pehaku. Dan aku tahu dia mahu menyimpannya untuk kemudian. Aku menggigit bibir bawahku nakal. Malu.
"Ummm... Ustazah..." Leman mengerang perlahan sambil mula menggeselkan batangnya kali ini di celah daging punggungku tanpa berlapik. Digeselnya ke hadapan dan belakang, dan aku dapat rasakan betapa keras dan hangatnya batang beruratnya itu di celah daging punggungku. Aku mula memegang meja kecil di hadapanku sebagai sokongan, kerana nafsu yang semakin membuak ini mula membuatkan lututku terasa lemah.
"Ummmphh... Leman.... Leman suka punggung ustazah...?" soalku manja. Leman mengangguk. Tangannya turun meramas punggungku sementara tangan yang satu lagi memegang pinggangku bersama jubahku yang ditarik tadi.
"Ahhhh... Leman...." Aku mengerang kesedapan merasakan tangan Leman yang meramas dan menguli daging punggungku itu, sambil dia mendayung di celah daging punggungku itu dengan penuh nafsu. Aku tahu jika dia mahu, pasti dia boleh hanya menggunakan daging punggungku itu sebagai pelampias nafsunya harini. Tetapi aku dapat rasakan dia pasti mahukan lebih dari punggungku.
Aku pun tidak perasan entah berapa lama Leman menggunakan daging punggungku, sambil tangannya tidak henti henti meramas buah dadaku di bawah tudung labuhku itu. Dan aku tahu dia dapat rasakan putingku yang mengeras di balik helai jubah itu. Kemudian perlahan Leman menarik tangannya dan batangnya sebelum dipusingkan kembali tubuhku.
Mata kami bertemu. Tangannya di pinggangku. Bila difikirkan kembali, aku tidak perasan sebelum ini yang Leman sedikit tinggi daripadaku. Aku menggigit bibir bawah, dan belum sempat aku berfikir apa, bibir Leman bertemu bibirku.
Bibir kami saling ditekan. Aku sedar yang kami berdua tiada pengalaman di dalam berkucupan. Namun berbekalkan apa yang dilihat di televisyen dan cerita cerita lucah, perlahan lahan bibir kami saling bertautan, dan tidak lama, lidah kami mula saling bertemu.
Jubah aku yang ditarik ke atas tadi dilepaskan kembali ke bawah, dan tangan Leman mula meramas ramas tubuhku, dari buah dadaku, punggungku, pehaku. Dan aku biarkan sahaja biarpun aku dapat rasakan batang Leman mencucuk cucuk perutku itu.
Tak lama kemudian, Leman menarik wajahnya.
"Urm... Ustazah... Leman... Leman nak pancut dengan ustazah boleh?" soalnya perlahan. Aku mengangguk.
"B... Boleh Leman... Leman nak ustazah buat macam mana?" soalku.
"Urm... Macam haritu ustazah...? Ustazah duduk atas saya...?" soalnya. Aku perlahan mengangguk perlahan. Leman senyum nakal sebelum dia mengundur lalu mula baring di atas katil. Aku perlahan mengikut Leman. Jubahku ditarik ke atas sedikit, lalu aku mula duduk di atas peha Leman. Aku tutup batang Leman dengan jubahku itu dan aku dapat rasakan batang keras panasnya berdenyut di atas pantatku.
"Urm... Tapi tak boleh masuk tau..." kataku. Dan aku tahu kataku itu kebanyakannya untuk mengingatkan diriku sendiri. Leman mengangguk faham.
Nafasku semakin berat walaupun aku belum bergerak. Perlahan, aku menolak diriku ke atas sedikit, cukup untuk aku letakkan batang keras panas Leman itu di celah bibir pantat daraku itu. Tubuhku melentik kesedapan.
"Ahhh... Leman...." Aku mengerang manja. Tangan Leman perlahan meramas punggungku sambil aku tahu Leman melihat wajahku yang penuh berahi ini. Wajah ustazahnya yang selalu mengajar subjek Pendidikan Islam, kini duduk di atasnya dengan batang kerasnya.
Nafasku semakin tidak keruan, perlahan, aku menggerakkan tubuhku ke hadapan dan ke belakang. Menggeselkan bibir pantatku yang basah, dara dan tembam itu dengan batang keras, panas dan berurat milik Leman itu.
Nafas Leman juga semakin berat. Aku perlahan melajukan dayungan, ke hadapan, belakang...
"Ahhh.... Ummphh... Leman..." Erangku kesedapan. Walau masih memakai tudung labuhku, dan jubahku masih menutup tubuhku, aku dapat rasakan batang Leman yang kini tidak berlapik itu membuatkan nafsuku semakin tidak keruan. Dan tubuhku melentik di atas batang Leman itu.
"Ahhh... Ustazah..." Leman mendengus sambil tangannya mula meramas punggungku di luar jubahku. Aku tahu dia tidak dapat melihat apa yang terjadi di bawah jubahku ini namun aku tahu dia dapat rasakan yang pantatku sudah begitu basah sekali kerananya.
Aku melajukan lagi gerakku ke hadapan dan belakang. Pantatku berdenyut semakin kuat. Aku dapat rasakan putingku mengeras di bawah jubahku. Dan aku dapat rasakan yang pantatku berrdenyut mahukan lebih dari sekadar digesel diluar bibir. Aku sedaya upaya menolak bisikan syaitan untuk memasukkan sahaja batang Leman itu ke dalamku.
"Ummphhh... Leman... Ahhh... Sedapnya batang kamu ni.... Ahhh.... Macam mana lah rasanya... kalau masuk dalam pantat ustazah...." Soalku tidak sengaja. Aku terlalu lemas di dalam nafsu dan terlalu sibuk menahan diriku daripada menyumbat batang Leman itu ke dalamku sehingga aku tidak perasan apa yang aku cakapkan.
"Ummphh... Kalau ustazah nak tahu... Ahhh... Kenalah cuba..." pancing Leman. Membuatkan darahku berderau mendengarnya. Aku sedikit lagi mahu tewas kepada bisikan nafsu itu. Namun aku menggeleng.
"T... Tak boleh Leman... Ahhh...." Aku mengerang kesedapan, menggeleng sambil aku terus menggeselkan batang Leman itu ke hadapan dan belakang. Memandikan batang Leman dengan air pantatku itu.
Leman mendengus semakin kuat. Aku dapat rasakan batangnya seolah semakin keras.
"S.... Saya minta maaf ustazah..." kata Leman tiba tiba. Ayatnya yang tiba tiba itu membuatkan aku hairan dan berhenti bergerak. Baru sahaja aku ingin bertanya mengapa, tiba tiba tubuhku ditarik turun lalu dibaringkan.
"L... Leman!" Aku mengerang perlahan. Aku tahu tubuhku mahukan ini.
"L...Leman jangan!" Kataku. Namun Leman perlahan menolak pehaku ke atas, mengangkangkan aku sambil menanggalkan jubah aku. Aku kini dalam keadaan berbogel yang tinggal hanya tudung labuh ku saja.
Tubuhnya ditundukkan sambil kepala batangnya mula mengucup bibir pantatku.
"Ummph... Maafkan saya ustazah... S.... Saya masuk ni...." Katanya perlahan. Mata kami bertentang. Wajahku merah. Aku tahu akupun mahukan ini. Dengan perlahan... aku mengangguk, mengizinkan.
Kepala batangnya menggesel bibir pantatku perlahan, sebelum kepala batangnya ditolak masuk ke dalam pantatku perlahan, membawa tubuhku melentik kesedapan.
"Ahhhh.... Lemannn!" Aku mengerang. Aku dapat rasakan kepala batang Leman membuka bibir pantatku itu, sambil Leman terus menolak perlahan lagi, memasukkan kepala batangnya ke dalam pantat ustazahnya ini. Nafasku mula tersekat mengikut gerak Leman, dan aku dapat rasakan kepala batang Leman kini bertemu penghalangku yang terakhir, lapisan daraku.
Leman melihat ke dalam mataku. Meminta izin. Aku menggigit bibir bawahku perlahan. Nafasku semakin berat, dan aku tahu diriku telah hilang di dalam nafsu serakah yang satu ini.
Perlahan... Aku mengangguk.
Pinggangku Leman pegang erat, sebelum dia menarik nafas, lalu dengan sekali tolak, kepala batang Leman memecahkan nipis daraku itu, membuatkan tubuhku melentik sedikit pedih. Dan batang Leman terus masuk memenuhi pantatku yang ketat dara itu.
"Ahhhhh Lemannn! Ahhhh~~" Aku mengerang sedikit sakit dan sedap. Mataku dan Leman bertemu. Nafas kami juga saling bertemu dengan penuh nafsu. Pantatku mengemut ngemut batang Leman ketat, terasa penuh di dalam pantatku. Nafasku berombak sambil Leman mula mengucup perlahan dahiku. Membuatkan wajahku merah sedikit.
Aku menggigit bibir bawah, dan perlahan Leman mula menarik batangnya, sebelum menolaknya kembali. Mula mendayung ke belakang dan kehadapan perlahan. Matanya sentiasa bertemu mataku. Tanganku mula menggenggam cadar katil itu menahan sedap. Dengan tudung labuhku yang masih menutup kepalaku.
"Ahh... Ustazah... Ketatnya pantat ustazah..." erang Leman. Aku menggigit bibir bawah.
"B... Batang awak tu yang... Umphh... Besar..." Usikku kembali. Leman senyum nakal sambil dia mula menarik dan menolak batangnya semakin laju. Mula selesa dengan ketatnya pantatku itu.
Leman melajukan dayungannya ke hadapan dan ke belakang. Membawa nikmat kepadaku. Tubuhku melentik kesedapan. Dengan setiap tolakan ke dalam pantatku pasti dia akan memenuhkan setiap ruang di dalam pantatku, dan mengucup hujung pantatku. Terasa seolah olah pantatku sememangnya sempurna untuk Leman.
"Ahhhh Lemannnn... Sedapnyaa batang Lemann... Ahhh... Ummphhh..." Aku mengerang kesedapan. Dan perlahan pantatku berdenyut semakin kuat. Aku meramas buah dadaku sendiri dan Leman melajukan dayungannya.
"Ummphh! Ahhh... Ustazaahh... Ahhh Ummphh!" Leman mengerang kesedapan. Mata kami bertemu lagi. Dengan itu Leman mengucup bibirku sebelum menghentak batangnya sedikit, membuatkan tubuhku terangkat kesedapan. Pantatku mengemut kuat sebelum aku terpancut kuat ke batang keras Leman yang masih terbenam di dalam pantatku itu.
"Lemannnn!!! Ustazahhh pancut!! Ummphh!! Ahhhh!!" Aku mengerang kesedapan sebelum aku mula memeluk leher Leman erat. Leman tidak berhenti mendayung, menghentakkan batangnya ke dalam pantatku kuat membuatkan pantatku berdenyut kesedapan.
"Ahhhh ustazaahh!" Leman mendengus sambil tangannya meramas buah dadaku di atas tudung labuhku itu.
"Ustazaahhh.... Saya nak pancut!" Erang Leman. "Ahhh... Pancut kat dalam Leman! Ahhh!!" Aku mengerang kesedapan. Kepuasan.
"Ahhh ustazaahh!! Ustazaahhhh!! Nak pancut!! Ummphh!!" erang Leman. Batangnya berdenyut kuat sebelum memancut mancutkan air mani pekatnya ke dalam rahimku.
"Ahhhh... Ustazah... Ummphhh... Ahhh..." Leman mengerang perlahan. Setelah habis dilepaskan ke dalam rahimku, Leman menarik batangnya keluar lalu mengelap kepala batangnya ke bibir pantatku. Aku senyum nakal sedikit sebelum aku menjilat perlahan kepala batangnya.
Leman senyum puas. Begitu juga aku.
Perlahan, Leman turun dari katil.
"Urm... Ustazah... Saya balik bilik dulu ya? Nanti dorang banyak tanya... Roommates saya tu..." katanya. Aku mengangguk faham. Pantatku berdenyut puas dan masih sedikit pedih dari dara dirodok tadi. Aku menarik nafas dalam.
Aku melihat Leman memakai kembali pakaiannya.
"Umm... Leman... Jangan melancap atau tengok cerita lucah lagi tau.. Leman milik saya sorang je tau." pesanku.
Leman senyum nakal.
"Baik ustazah... Esok masa balik ke Johor saya nak ikut ustazah ya...?" soalnya nakal. Aku mengangguk. Leman senyum sebelum keluar dari bilik hotelku itu.
Aku melihat refleksiku di cermin.
Dayana... Ustazah Dayana... Seorang ustazah yang bertudung labuh, berjubah longgar... Tetapi pantatnya berbekaskan batang pelajarnya sendiri... Berdenyut kepuasan...
35 notes · View notes
nurunala · 7 months ago
Text
Cerpen: Hujan atau Cinta
Mungkin, memang sudah seharusnya aku berterima kasih kepada hujan. Rintik-rintik kenangan yang menahan kita tetap di sini. Mendengarkan cerita satu sama lain. 
Kamu bercerita, aku bercerita—dan entah sudah berapa dusta yang aku cipta. 
Hujan menggenang lubang-lubang jalan. Burung-burung berteduh.
Hatiku mengaduh.
Inikah rasanya jatuh, terluka, tapi harus terus berpura-pura?
“Siapa dulu yang ketawa ngakak sampai jatuh dari pohon?”
Dahimu selalu berkerut jika sedang bertanya. 
“Amar? Yang celananya sobek?”
“Iya bener, Amar! Celananya sampai sobek ya? Oh iya!”
Kamu tertawa lepas sambil reflek menepuk lengan kiriku. 
Aku selalu suka tawa itu. Terutama saat pemicunya adalah aku. 
Sejak dulu, aku selalu ingin jadi sumber bahagia dalam hidupmu.
“Kamu, lama di sini?”
Akhirnya, kuberanikan diri bertanya. Mengukur kemungkinan berapa kali lagi kita bisa berjumpa. Untuk sekadar bertukar cerita, bernostalgia, atau … menumbuhkan lagi rasa? 
“Besok jam 6 pagi udah ke Jakarta lagi,” jawabmu datar. 
Besok pagi? Maksudmu, 14 jam dari sekarang? 
“Buru-buru amat. Baru aja sampai tadi pagi.”
Kamu menatap mataku sebentar, lalu kembali mengalihkan pandangan ke depan. Seolah mengamati hujan yang belum juga mereda.
“Ayah cuma cuti sehari. Makanya habis resepsi Risma tadi, ayah sama ibu langsung keliling-keliling buat silaturahmi. Udah lama banget gak ke sini. Ada kali ya 5 tahun?”
Tepatnya, 6 tahun 2 bulan. 
Hari ini 27 Agustus 2023. Kamu dan keluarga meninggalkan desa ini untuk pindah ke Jakarta sejak 25 Juni 2017. Saat kita mau naik kelas 2 SMA. 
Banyak yang bilang aku pelupa. Tapi tentangmu, percayalah: aku pengingat yang baik. 
“Iya, sekitar 5 tahunan. Ya, lumayan. Kalau orang, kira-kira umur segitu udah TK lah.”
“Udah bisa maling jambu di kebun Pak Muchtar, ya?”
Pertanyaanmu memanggil kembali ingatan masa kecil kita. Hari-hari di masa lalu ketika kita lebih mudah bahagia karena belum banyak mau. 
“Kamu kan yang nyuruh?”  
Seperti tak terima dituduh, kamu langsung mengklarifikasi, “Aku gak nyuruh. Aku cuma bilang, aku pengen jambu air.” 
Kamu selalu begitu. 
Menyembunyikan ego di balik keluguanmu. Itu alasan kita berpisah 6 tahun lalu, kan? Saat kamu bilang, hubungan jarak jauh melelahkan dan enggak akan berhasil. 
Tak lama setelah kamu mengatakan itu, kamu mengunggah foto dengan seseorang yang lain–alasan sebenarnya kita berpisah?  
Lalu kita berhenti saling mengikuti di media sosial. 
Setelah belasan tahun pertemanan …
Setelah setahun saling mengungkap perasaan … 
Kita tiba-tiba menjadi dua orang asing. 
Aku berusaha melupakanmu dan meneruskan langkah. Aku berusaha untuk baik-baik saja, memajang senyum dan tawa ke mana-mana. 
Berusaha percaya pada mereka yang berkata, ‘waktu akan menyembuhkan’. Argumen paling tolol yang pernah aku amini. 
Karena, bahkan hingga hari ini, 6 tahun kemudian … 
Saat takdir kembali mempertemukan kita di desa ini–tempat segalanya tumbuh dan bersemi, aku sadar: aku tak pernah benar-benar bisa melupakanmu. 
Bahwa menghapus ingatan tentangmu, adalah sama dengan menghapus seluruh ingatan di kepalaku. 
Bahwa ternyata luka ini, tak pernah benar-benar sembuh.
“Pohon jambunya, masih ada enggak sih?”
Tanyamu sambil melempar pandangan jauh ke sebuah rumah, lalu mengarahkan telunjukmu ke sana.
“Rumahnya yang di situ, kan?”
Aku mengangguk.
“Masih ada, kayaknya. Pohon jambu kan gak bisa tiba-tiba pindah ke Jakarta.”
Kalimat itu keluar begitu saja dari mulutku, memicu senyum sinis di wajahmu. 
“Imran, si paling jago kalau nyindir orang.”
“Nadia, si paling …”
“Si paling apa?”
Dahimu berkerut lagi. 
“Si paling cantik,” ada lengkung senyum di wajahmu sebelum berubah jadi ekspresi kesal saat aku melanjutkan, “di Geng Jambu.”
“Yeeh kan aku emang cewek sendiri. Tapi …”
Ada jeda sebentar sebelum kamu melanjutkan kalimat. Seolah kamu ragu.
“... di ingatan kamu, aku kayak gitu ya? ‘Tiba-tiba pindah ke Jakarta’. Kayak … seolah-olah itu semua kemauan aku.”
“Aku nggak bilang gitu.”
“Kamu tadi bilang, ‘tiba-tiba pindah ke Jakarta’. Maksudnya aku, kan?”
“Tiba-tiba atau enggak, di ingatan aku, kamu pergi.”
“Dan di ingatan aku, kamu menghilang.”
“Kamu kan yang minta aku menghilang?” tanyaku tak terima. 
“Aku? Aku minta kamu menghilang?” giliran kamu yang tak terima. 
“Kamu bilang, kamu capek sama aku.”
Mendengar ucapanku, kamu terdiam sebentar. Seperti menata kata dalam kepala. Lalu serupa hujan yang tiba-tiba menderas, kalimat demi kalimat meluncur dari mulutmu.
“Aku bilang, aku capek, karena kamu terus-terusan mempertanyakan kepergian aku ke Jakarta. Terus-terusan protes sama kita yang harus tiba-tiba pisah. Terus-terusan ngeluh karena kita jadi gak bisa lagi ketemu setiap hari. Aku gak pernah minta kamu menghilang.”
Nada bicaramu tiba-tiba meninggi. 
Sementara aku masih memproses kata-katamu, kamu bicara lagi.
“Kamu pikir aku gak sedih kita pisah? Kamu pikir aku gak pernah protes? Kamu pikir aku suka keluar dari zona nyaman aku, harus beradaptasi sama orang-orang kota yang sok tau, dikatain kampungan … Selama ini, kamu mungkin mikir aku egois. Tapi, aku tuh …”
Kalimatmu tertahan di sana. Kamu menghela napas dalam, dan matamu mulai berkaca-kaca. 
Hujan di luar sudah hampir reda, hujan di matamu jatuh begitu saja.  
“Maaf. Aku yang egois.”
Hanya itu yang bisa kukatakan. 
Kamu menyeka air mata dengan jemarimu, lalu memaksa bibirmu untuk tersenyum. 
“Aku yang maaf. Kenapa jadi marah-marah gini, ya?” 
“Karena aku emang nyebelin?”
“Iya. Nyebelin banget,” ujarmu sambil memanyunkan bibir sedikit. Kebiasaan yang selalu kamu lakukan setiap kesal padaku. 
“Eh, udah ah bahas masa lalunya. Udah lewat juga. Bisa tethering bentar gak? Paket dataku abis, mau ngabarin Ayah kalau kita kejebak ujan di sini. Takutnya dia nyariin.”
Aku menghidupkan fitur personal hotspot di ponsel. 
“Passwordnya?” tanyamu sambil menunjukkan layar ponsel. 
“662016”
“Pelan pelan, dong … Enam .. Enam … apa tadi?”
“Dua Nol Satu Enam.”
“Enam Enam Dua Nol Satu Enam? Eh, ini … ”
Jangan bilang, kamu masih ingat. 
“Tanggal jadian kita bukan, sih?” tanyamu singkat dan lugu.
Ada banyak hal dalam hidup yang tak bisa kita pilih. Boleh jadi, salah satunya adalah cinta pertama, yang dengan segala kekonyolannya mewarnai masa remaja. 
Ketika jerawat pubertas pecah dan hidup tak tentu arah.
Cinta pertama adalah bunga yang mekar di taman jiwa. Wanginya semerbak membuai dan melalaikan. Ia menghiasi satu-dua musim, lalu seketika layu dan kehilangan pesona. 
Tetapi, anehnya, ia tetap di sana.
Menetap dalam ingatan. 
Abadi sebagai kenangan. 
“Bisa tethering-nya?” tanyaku, berusaha mengalihkan pembicaraan.
“Bisa. Bisa. Bentar ya aku chat Ayah dulu …”
“Oke. Jangan download film.”
“Ya kali …” 
“Siapa tau …”
“Eh, Ran,” kamu menengok ke arahku sambil tersenyum. “Pertanyaanku belum dijawab tadi. Kamu… masih pakai tanggal jadian kita buat password?”
“Heh? Oh, itu. Males ganti-ganti. Susah tau Nad, ngapalinnya.”
Mendengar jawabanku, kamu mengangguk-angguk kecil. 
“Iya sih, setuju. Aku juga …” ada nada ragu di kalimatmu, tapi kamu tetap melanjutkannya, “... masih pake tanggal jadian kita buat passcode handphone, 060616. Dari dulu gak pernah ganti.”
Aku tak tahu harus merespons apa dan bagaimana. 
Haruskah terkejut? Haruskah bangga dan terharu? Haruskah jujur saja mengatakan bahwa sebagaimana password di ponselku, perasaan ini juga tak pernah berubah?
“Emang males banget sih ganti-ganti password,” kataku sambil ikut mengangguk-angguk. Aku berusaha mencari cara untuk keluar dari suasana yang terasa semakin canggung. 
“Hujannya udah agak reda, Nad. Lanjut, yuk!”
Aku berdiri, bersiap melanjutkan perjalanan. 
Tapi, kamu menarik tanganku untuk duduk di sampingmu lagi. 
“Sini dulu deh, mager banget. Udah lama juga aku gak mampir ke warung ini. Dulu setiap pulang sekolah, kita selalu ke sini, kan?”
Pertanyaanmu memecah kecanggungan. Mengembalikan kita ke dalam obrolan-obrolan panjang. 
Sudah sejak tadi hujan berhenti … dan kita masih di sini.
Ternyata bukan karena hujan kita bertahan.
Tetapi, aku terlalu takut menyebutnya cinta.
...
©nurunala
72 notes · View notes
penaimaji · 2 days ago
Text
Cerita Mengajar
Mengajar dan mendidik anak-anak SD barangkali treatment nya memang berbeda dari anak-anak SMP, maupun SMA. Beberapa waktu lalu, saat kami (guru) sedang rapat, mereka membahas beberapa murid yang bermasalah. Dikarenakan saat itu aku dan beberapa guru lainnya, masih ada jadwal pendalaman materi (bacaan Al-Qur'an untuk murid kelas 6 yang masih kurang), jadi kami menyusul untuk ikut rapat.
Saat aku masuk ruangan, mereka sedang membahas satu murid yang dari segi adab memang kurang, akademiknya pun juga. Dia murid kelasku. Yaa memang pertama kali aku mengajar di kelas ini, luar biasa sekali tantangannya. Saat itu kelasnya masih dicampur antara laki-laki dan perempuan. Sampai ada murid laki-laki yg protes, karena aku lebih condong memberi pertanyaan ke anak-anak perempuan. Padahal saat itu, memang anak laki-laki lebih unggul, mereka lebih mudah dikondisikan daripada anak-anak perempuan. Jadi kesannya aku lebih perhatian ke anak-anak perempuan.
Kembali lagi dengan si anak yang dibahas ketika rapat. Semua guru membicarakan dia, bagaimana dia di kelas-kelas sebelumnya. Memang dulu pertama kali aku mengajar di kelas ini, dia sama seringkali tidak mau belajar, nulis catatan pun tidak. Suka mengganggu teman, kadang merusak fasilitas sekolah, tidak sopan dengan guru, bahkan caper ke teman laki-laki. Sudah diingatkan berkali-kali, bahkan sudah dipanggil kepala sekolah.
Setelah mencoba untuk pendekatan secara personal, memang dia ini sepertinya kurang perhatian. Ibunya bukan pekerja kantoran, namun mengurus beberapa bisnis. Dia anak pertama, dan punya tiga adik masih kecil, dengan kondisi ibunya sedang hamil. Menjadi ibunya pun pasti tidak mudah.
Dikarenakan adiknya yang masih duduk di kelas satu, juga belum bisa mengikuti pelajaran, jadilah beberapa guru dan bagian yayasan pun berkomentar, "Harusnya si ibu ini bisa mengorbankan diri untuk fokus mengurus anak-anaknya, dengan melepas pekerjaannya. Apa sih yang dicari? Gaji bapaknya sebagai *** masa nggak cukup?".
Namun, apakah semudah itu? Semudah itukah berkomentar demikian, tanpa kita tahu apa yang terjadi pada orang lain? Kalau dikupas satu-satu pasti panjang dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Tapi, kata-kata seperti itu rasanya kurang pantas. Tentu bukan ranah kita. Tugas kita sebagai guru menjembatani, mengarahkan dan saling kerjasama terkait perkembangan anak.
Seperti yang kita tahu, memiliki banyak anak, tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, untuk menghidupi mereka secara layak. Ini sedang tidak menyalahkan siapa-siapa, tetapi tidak bisa kita langsung men-judge demikian.
Sepertinya.. tidak semua orang berada dalam kondisi yang "ideal" menurut kebanyakan orang. Terkadang, beberapa memilih melakukan sesuatu yang penuh dengan risiko, karena memang keadaannya demikian.
Aku yakin, secapek-capeknya seorang ibu, pasti ia akan melakukan yang terbaik untuk anaknya.
Enam bulan berjalan, memang sangat tidak mudah mengkondisikan beberapa murid di kelasku, menjadi seperti sekarang ini. Sampai akhirnya, anak ini mulai terlihat antusias, dan nilai akademiknya pun meningkat. Sikapnya juga mulai berangsur baik, meski kadang-kadang kumat lagi. Jadi intinya, mereka itu masih anak-anak yang perlu diperhatikan, perlu banyak nasihat, arahan dan kompromi dengan pikiran mereka.
Oh iya, saat kemarin sempat pembelajaran online karena wabah cacar dan gondongan, ibunya juga pro aktif dan selalu membantu mengirimkan tugas si anak.
Padahal kalau dipikir-pikir, anak itu perlu berproses, temani saja prosesnya. Kenapa harus diungkit lagi yang lalu? Bukankah kita sebagai orang dewasa, juga melalui proses yang panjang?
Memang tidak mudah ya, jadi guru? Jadi orang tua pun juga demikian. Yang penting, apapun yang dijalani saat ini, laa haula wa laa quwwata illa billah, bahwasannya tiada daya dan kekuatan, melainkan atas izin Allah.
Semoga Allah hadirkan hati kita ini—hati yang mudah, hati yang tulus, hati yang bersih untuk berupaya berprasangka baik.
Jakarta, 9 Januari 2025 | Pena Imaji
26 notes · View notes
wrismawan · 8 months ago
Text
Buat para suami
Kalau "istri harus taat pada suami karena perintah Allah",
Kenapa kita ga bikin "syarat taat" jadi simple aja? dibuat se-achievable mungkin gitu. Gimana?
Karena kalau Allah nilai istri kita nggak taat, kan yang kena tempeleng kita juga. Ya ga?
Lagi pula, emang kualitas kita ni udah se-keren apa si?
Para istri disuruh taat tuh... bukanya ga mau, tapi mereka tuh bingung aja gimana cara menghadirkan respect ke kita agar taat menjadi mudah.
Kita ni, para suami, ketolong sama kebaikan Allah memerintahkan "Istri harus taat pada suami"
Perintah itu tuh harusnya direnungi, "kenapa kok Allah bikin perintah itu ya?", "Kualitas akhlak dan skill-set seperti apa yang harus aku tajemin agar layak menjadi qawam yang ditaati?"
Bukanya di-eksploitasi untuk kepentingan pribadi: "taat pada suami kan perintah Allah", "Malaikat akan melaknat kamu semalaman dst dst"
Ayo lah...
--
Gw punya ide, soal kewajiban istri ke kita ni para suami, gimana kalau begini:
Kewajiban Istri ke Suami
Mengandung, melahirkan, menyusui saat Allah titipkan amanah anak
[Ini slot buat ditambahkan sesuai selera dan kebutuhan. 1 aja tapi ya dan spesifik]
Sisanya yang berkaitan dengan operasional rumah, persiapan masa depan dunia-akhirat, memberi nafkah lahir-batin, dan perintilan-perintilannya itu kewajiban kita...
Sampai daftar tugas dan kewajiban kita menjadi 50x lebih banyak dari istri. Dan dikerjain semua dengan excellent.
Gimana?
Gw yakin kalo itu semua kita kerjain dengan bener, akan memudahkan tugas istri menjalankan kewajibannya kepada Allah dengan mudah: yaitu untuk taat sama kita ni, para suami
Kalo kita udah ngerjain 50x lebih banyak dari istri yang udah disepakati dengan excellent, tapi istri masih belum mau taat juga gimana?
Itu urusan dia dengan Allah, sambil kita ikhtiarkan dan bina perlahan-lahan.
Kita fokus aja sama apa yang kita bisa kontrol: naikin kualitas diri, fokus ngerjain apa yang menjadi kewajiban kita dengan excellent, doa sama Allah agar senantiasa diberikan kekuatan dan petunjuk dalam menjalani amanah sebagai qawam
Gimana?
Depok, 6 Mei 2024
--
Catatan kecil agar tidak terjadi salah paham: Alhamdulillah, atas kebaikan-Nya, Allah menganugerahkan istri yang shalihah, yang bersedia atas keinginannya sendiri menjalankan hal-hal di luar kewajibannya, ditengah masih banyak kekurangan pada diri di banyak kondisi. Sesuatu yang di luar kontrol saya sebagai manusia.
55 notes · View notes
rubahlicik · 3 months ago
Text
Mylog: Kebejatan Struktural
Kerja sampingan kali ini mungkin salah satu yang paling parah kebejatannya.
Sebulan terakhir Aink Nyambi jadi koordinator pendataan di salah satu instansi pemerintah. Jobdescnya memverifikasi hasil survey yang dilakukan oleh dua orang enumerator lokal dari daerah X. Plus mengkoordinir kegiatan survey supaya survey lancar dan target inputan survey tiap bulan bisa tercapai.
Anjing pertama untuk ke-ga-jelas-an pemberian honor. Beres kerjaan tgl 20, ampe uda ganti bulan berikutnya honor belum cair tapi kerjaan terus di-push supaya tetep lanjut.
Lah situ pikir emang yang kerja lapangan ga butuh modal? Yang bikin kesel banget tuh, pekerja di grup wa Uda panas nanyain honor, admin dari dinasnya diem aja. Kek lepas tanggung jawab banget.
Kalo emang ada masalah di pencairan honor yaudin, tinggal komunikasikan dengan baik. Bukan pura pura budeg.
Anjing yang lebih anjing untuk salah satu oknum dinas, kita sebut saja mawar. Mungkin mawar ga sendirian jadi oknum, tapi karena yang lain belum ada indikasi jadi oknum juga mari kita anjingkan mawar dulu seorang.
Kerjaan jadi enumerator tuh sepaham aink dilimpahkan ke perangkat desa. Atau orang orang tokoh sekitar yang paham sama lokasi survey. Biar enak mungkin surveynya kalo Masi sama orang satu daerah.
Selama briefing dan training, aink ga pernah ketemu tuh sama enumerator yang kerja bareng aink. Awalnya aink kira bakal sama om om paruh baya. Tapi pas liat dokumentasi survey sama foto profil wa mereka yang wibu, eh ternyata aink dapet enumerator pelajar tanggung..
Ga masalah sih aink, cuman agak sedikit repot di teknis input data karena mereka masih newbie dan nampaknya kurang begitu memahami teknis kerjaan ketika training. It's okey, yang penting mau belajar dan komunikasi lancar kalo aink mah. Repot dikit ga ngaruh.
Kemarin, ternyata honor para enumerator cair. Tapi bertahap katanya (eyy). Kalo koordinator belum, nanti dikabari lagi katanya (anjing lah, dipikir aink ga butuh duit buat modal pangsit).
Trus kemarin, ada salah satu enum dari daerah X yang kerja bareng dua enumerator di bawah aink yang ngejapri. Nanya gaji
Aink sebut aja nominalnya, lebih kecil dari honor enum karena kami, koordinator bisa WFH. Dia kaget, wah gede yah kang? Gitu.
Aink lebih kaget, lah kan situ enum honornya UMR njir. Trus dia nanya, aink ikut kerjaan ini dibawa sama siapa?
Ajig dark
Ternyata enum aink dan kawan kawannya yang ditotal ada 30 orang dapet kerjaan ini dari mawar. Bahasa halusnya, dibawa ibu mawar.. jadi yang harusnya kerjaan ini dikasih ke perangkat desa yang berpengalaman dalam survey, tapi dilimpahkan ke pemuda pemudi tanggung yang mungkin butuh kerjaan.
Dari 30 orang itu, sebagian ada perangkat desa tapi sisanya akamsi. Literally anak anak yang mungkin baru lulus sma
Si enum yang ngejapri nyerita, dia dan tim nya (2 enum aink) kecewa sama honor yang didapat. Aink pikir karena telat banget, tapi ternyata kecewa karena nominalnya berbeda.
Dia dan enum lain yang dibawa mawar ternyata cuma dibayar 7000 perinput data (dibilangnya uang komitmen?) plus uang kuota dan transportasi 200ribu. Jadi kalo mereka kuota surveynya full sebulan 100 data, mereka dapetnya 900ribu.
Mungkin karena ga tahu, dan emang butuh mereka pas ditawarin kerjaan sama mawar mau mau aja. Cuman pas kemarin tahu kalo honornya UMR mereka pada nyesek. Yaiyalah dari 2juta sekian disunat jadi 900ribu!
Cuma dijanjiin bakal diajak healing ketika kerjaan beres di bulan ketiga
Otomatis dong aink ngumpat ngumpat dari kemaren! Anjing banget si mawar dan mungkin teman teman oknum lainnya.
Bayangin, perbulan seorang yang harusnya dapet UMR dipotong jadi cuma 900ribu. Dari seorang aja sebulan bisa ngantongin 1.3jutaan. Kali 30 orang Uda 39juta sebulan. Masa kerja 3 bulan, itung tuh akhir periode proyek dapet berapa
Trus diakhir periode cuma mau ngajak jalan jalan aja buat healing si pekerja malang yang 30 orang itu.
Anjing bejat banget. Literally mental penjajah.. yang ga abis pikir tuh, ni si mawar dari dinas kota, mengeksploitasi pemuda tanggung dari desa yang ibaratnya masi satu daerah. Kalo dulu kita dijajah Belanda, Masi paham aink kalo kita pribumi dulu ga dianggap manusia sama Belanda. Kulit beda, bahasa beda, intelektual beda. Ada huge gap antara penjajah sama yang dijajah.
Lah ini, Masi satu daerah. Paling jarak rumah si mawar sama 30 orang kasian itu ga akan nyampe 30kilometer. Tega banget.
Uang honor diganti istilahnya jadi uang komitmen :(
Diawal sesi survey, setiap enum dan koor disuruh bikin rekening BNI. Jadi nanti dari pusat, pas gajian langsung ditransfer ke masing masing pekerja.
Bayangin jadi enum yang 30 orang, kemarin dapet trf honor UMR ke rekening pribadi trus diminta lebihnya sama si mawar. Uang yang diminta mawar ini disebutnya uang kebersamaan
Duh anjing bejatnya Uda ga ketulungan.
Tumblr media
Data: total input data yang dikerjain enum dibulan kemarin
Honor: insentif dari provinsi yang nominalnya tergantung jumlah data yang diinput
Kebersamaan: uang yang harus disetor ke mawar
Eneg ga tuh?
Sekarang aink ngeliat perilaku bejat pejabat yang diatas Uda lebih paham. Pejabat kecil ecek ecek aja Uda main tender, bahkan mengeksploitasi masyarakat di daerahnya sendiri. Gimana pejabat lain yang punya power nyaris absolut di atas sana?
Mungkin nganggap rakyat tuh sampah aja, makanya bisa ngeluarin kebijakan konyol dan bertingkah semena mena.
Kalo yang bawah bawah jahatnya kayak gini. Ga heran negara kita dapet pemimpinnya modelan fufufafa. Pemimpin cerminan (mayoritas) yang dipimpinnya.
Aink hidupnya ga kekurangan duit, emang milih buat ga jahat aja :)
*diantara semua pengalaman kerja sama oknum, mungkin ini yang paling parah
24 notes · View notes